Friday, May 15, 2015

Tentang Kemalingan



Saya tidak mempunyai banyak benda berharga, surat-surat penting, termasuk perhiasan yang nilainya membuat saya harus memasukkan mereka ke brankas atau safe deposit box di bank. Tepatnya, belum punya (insya Alloh someday yaa) Orang tua saya pun tidak memiliki pengamanan ekstra, dan alhamdulillah tidak pernah kecurian. Namun, ada salah seorang pakde yang memiliki kebiasaan tersebut. Usahanya melindungi barang berharga beliau bisa dikatakan lumayan lah untuk ukuran keluarga kami.

Suatu hari, Pakde berkunjung ke rumah ibu mertua untuk mengambil sertifikat tanah. Ibu pun mengambilnya dari sebuah tas yang diletakkan di salah satu sudut ruang keluarga. Pakde pun terperanjat. Ia tidak menyangka ibu begitu carelessnya meletakkan sertifikat sembarangan. Ibu sih santai saja, karena memang selama ini tidak ada masalah dengan hal tersebut.
Untuk meyakinkan Ibu, Pakde bercerita bahwa ia membeli sebuah brankas untuk menyimpan barang berharga miliknya. Saat beliau ke luar kota, istrinya ingin mengambil sesuatu di dalam brankas tersebut. Karena kombinasi yang dimasukkan salah, Bude pun mencoba lagi tapi gagal. Tampaknya Bude pantang menyerah, hingga akhirnya kunci brankas pun rusak! Pakde pun hanya bisa menyeka dahi ketika dikabari bahwa kotak pusakanya tidak bisa dibuka, haha..
Ibu pun tidak mau kalah menceritakan betapa “amannya” rumah beliau. Saat suami masih SD, rumah Ibu baru saja selesai dibangun. Kanan kiri rumah masih kosong, hanya ada dua rumah tetangga. Bisa diduga, daerah tersebut pun menjadi langganan maling. Kali pertama, pintu ruang tamu sempat dicongkel maling, namun tidak ada barang yang hilang maupun berantakan. Seolah, maling tersebut hanya membuka pintu dan membatalkan niatnya (atau mungkin ilfil karena isinya tidak seindah harapan hehe)
Kali kedua, saat ditinggal mudik ke Jawa Timur, rumah kembali disatroni maling. Laci-laci dan lemari pun berantakan seperti habis diacak-acak. Persediaan obat milik ibu yang seorang bidan pun berhamburan, begitu juga lemari pakaian. Namun, tidak ada barang berharga yang hilang. Kalau dipikir-pikir, masa malingnya pergi begitu saja setelah semua usahanya mencongkel dan menghabiskan waktu “melihat-lihat” rumah? Akhirnya, keluarga suami pun menemukan benda yang hilang: sepatu keds sekolah suami yang masih baru! Mungkin, pencurinya berpikir, daripada pulang dengan tangan hampa, sepatu pun tidak apa-apa, hahaha..
Masih ada lagi. Kali ini kejadiannya di rumah mertua yang lama. Sekitar tengah malam, Bapak sedang solat di ruang tengah. Beliau seperti melihat ada orang yang melintas dari pintu loteng, kemudian berjalan melewati beliau, lalu keluar melalui pintu ruang tamu. Bapak mengira orang itu adalah pembantu. Setelah beliau selesai solat, baru tahulah bahwa yang melintas tadi adalah calon maling karena kunci satu gerendel digondol maling semua. Diduga, maling masuk melalui loteng. Yang menjadi misteri adalah, kenapa malingnya urung mencuri padahal Bapak tidak membatalkan solat. Mungkin saja, ia sadar bahwa waktu eksplorasi terbatas kali yaa..
Meskipun demikian, ibu mertua tetap percaya diri untuk tidak memiliki brankas seperti Pakde. Saya sih setuju saja, walaupun rumah mertua terbilang besar dengan halaman luas, pagar depan selalu terbuka (karena untuk mengantisipasi pasien yang butuh bantuan mendadak), serta hanya dihuni Bapak, Ibu, serta seorang pramurukti. Alasannya sederhana, rumah beliau penuh dengan rak besar dengan perabot tahun 90-an.
Dengan jujur saya ungkapkan ke ibu mertua, “Pencuri kalau masuk sini bingung mulai dari mana Bu, lemarinya banyak banget tapi isinya semua kertas sama pecah belah”. Kebetulan, Ibu memang tipe ibu RT yang selalu sedia piranti pertemuan warga, sementara bapak adalah dosen yang “harta”nya tidak lain adalah buku dan karya tulis beliau.
Bagaimana dengan saya dan suami? Ternyata aliran santai orangtua kami pun mengalir dalam darah kami. Walaupun di daerah tempat tinggal kami rawan pencurian kendaraan bermotor, kami santai saja meletakkan motor di carport. Saat baru saja pindah, beberapa tetangga berusaha mengingatkan agar motor kalau malam dimasukkan ke dalam rumah. Dari yang berupa saran, teguran, sampai peringatan ketua RT! Akhirnya kami pun membeli fiber untuk menutup pagar agar bagian dalam rumah tidak langsung terlihat dari luar. Jadi, saat motor kami di luar, tidak ada lagi yang mengingatkan, hehe..
Meskipun demikian, suatu hari sepulang dari pergi, saya kaget bukan kepalang. Pintu pagar yang kecil terbuka lebar! Padahal saya yakin sekali sudah saya gembok. Kaki saya pun mendadak lemas, bagaimana jika motor saya hilang? Dengan jantung berdegup tak karuan, saya melangkah menuju pagar dan mendapati bahwa saya kurang teliti ketika mengunci pagar karena gembok hanya tersangkut ke satu sisi pagar. Motor saya? Alhamdulillah masih ada. Fiuhh..
Sejak saat itu, saya selalu memastikan pagar terkunci ketika pergi. Mmm, tapi motor saya…tetap tidak dimasukkan ke rumah kalau pergi, hehe..Kan sudah digembok.. Tapi namanya juga maling ya, tetap saja mencari kesempatan dan ketersediaan barang. Ada satu benda yang sempat dicuri dan itu terjadi untuk dua kali! Rasanya dongkol sekali, kok bisa kecurian lebih dari sekali. Padahal, benda itu hanyalah sebuah tutup tong sampah plastik..! Letaknya jelas di luar rumah. Sempat terpikir untuk memasukkannya ke halaman tetapi saya urungkan niat tersebut karena kuatir anak saya yang masih balita “mengeksplorasi” tong tersebut.
Akhirnya tong tersebut tetap berada di tempatnya semula. Saya hanya bisa mendoakan pencurinya dibukakan pintu rejeki oleh Yang Kuasa sehingga tidak lagi mencuri tutup tong sampah. Oya, dalam pencurian yang kedua ini pencurinya sedikit berbaik hati, karena tutup tong sampah saya ditukar dengan tutup tong sampah lain yang sudah rusak, haha.. Setidaknya, saya tidak perlu repot mencari triplek untuk mencegah tong kemasukan air hujan. Fiuh..

4 comments:

  1. Kalau soal kemalingan, saat di rumah yang sblm ini beberapa kali Mbak kena. Sakitnya tuh kakak saya yang kena.
    Baru saja beli (baca: cicil) TV LCD. Eh dimaling. Bahkan pernah kasur pun kena.
    Febriyanlukito.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo udah gitu cuma bisa berusaha ikhlas ya Mas ..*sigh*

      Delete
  2. Pernah satu malam suami lupa nguci pintu rumah, masih terbuka lebar sampai jam 2 subuh & pagar belum dikunci, pintu loteng atas juga terbuka lebar :( Alhamdulillah ga ada yang masuk atau ilang tapi bener2 serem karena banyak kejadian sekitar rumah yg kemalingan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah mbak, rejeki kita itu berarti...tp saya yg malah habis kemalingan sepeda gunung nih, hiks..pdhl dikunci smua T.T

      Delete