Sunday, January 3, 2016

Akhirnya Bisnis Juga


Dulu sekali, adik saya sempat menyarankan untuk membuka toko online. Ia mengajukan ide ini karena melihat saya sempat bosan di rumah (dan tidak punya penghasilan, hehe). Saya merasa membuka usaha is not my thing. Bukannya saya tidak mau mencoba, karena saat kuliah saya pernah mencoba menitipkan makanan ringan di kantin dan warung sekadar untuk tahu bagaimana rasanya. Waktu SD pun beberapa kali saya menjual gambar-gambar Sailormoon yang sudah saya warnai dan laminating. Dari semua pengalaman itu, saya menyimpulkan bahwa saya tidak bakat berdagang. Selain malas merayu orang untuk membeli barang kita, saya tidak enak menagih utang kalau ada yang belum lunas. Jadi dengan alasan “bukan passion saya”, saya pun tidak membuka bisnis apapun.

Kemudian, lebaran dua tahun lalu sahabat saya masa kuliah menawarkan buku dagangannya ke saya. Sebagai pecinta buku, saya jadi lapar mata. Soalnya, buku yang dia jual buku second untuk anak dan terbitan asing. So, harganya ramah di kantong lah. Dia pun menawarkan saya untuk menjualkan bukunya meskipun kami berbeda kota. Saya pikir, kenapa tidak. Soalnya saya tidak harus merayu orang (haha) untuk membeli, hanya modal mengganti foto DP di Blackberry saja. Tapi sebenarnya, alasan yang lebih kuat adalah karena saya suka buku anak.

Ternyata beberapa teman tertarik dan membelinya lewat saya. Untungnya hanya beberapa ribu saja per buku, tetapi entah mengapa saya merasa sangat senang. Akhirnya saya jadi keterusan menjualkan buku teman saya itu. Kadang, saya mencoba untuk mencari used books sendiri dan saya jual lagi walaupun kondisinya tidak sebagus stok dari teman saya. Tidak apa, saya tetap merasakan semangatnya.

Tidak terasa, saya sudah menjalani usaha ini hampir dua tahun. Bahkan, saya minta ijin teman saya tersebut untuk membeli buku sendiri untuk dijual juga. Saya takut tidak etis untuk menjadi pesaingnya sementara karena ialah saya bisa tercebur ke bisnis ini, tapi alhamdulillah ia tidak keberatan. Toh stok saya tidak selalu ada seperti miliknya.

Saya masih tidak percaya saya konsisten menjalaninya, padahal sejak awal saya yakin saya bukan tipe pengusaha. Setelah saya pikir-pikir, ternyata jawabannya adalah passion. Saya sangat mencintai buku, dan buku anak ini masih memenuhi mimpi saya untuk kelak membuat perpustakaan dan rumah baca. Jadi, kalau ada buku yang tidak laku, saya jadikan koleksi pribadi sehingga dalam bisnis ini saya tidak pernah rugi, insya Alloh. Di sisi lain, saya termasuk pecinta reused and recycled things. Apapun yang ramah lingkungan, saya support. Termasuk buku bekas ini.

Saat saya membaca satu per satu buku yang akan saya jual, saya masih takjub mengapa pengarang buku anak di sana (English speaking countries) bisa membuat buku yang sederhana, kata-kata yang mudah dicerna, mengena, dan sesuai usia. Tentu saja saya bersyukur bahwa dunia penerbitan buku anak di Indonesia sekarang sudah jauh lebih bagus dan menarik dibanding dulu. Namun, konten buku anak masih banyak yang kurang pas untuk usia yang menjadi pasar buku tersebut.  

Kembali ke bisnis ini, saya merasa bahwa menjalankan sebuah bisnis itu banyak pelajarannya. Saya jadi dituntut untuk bisa mencari tahu secara aktif (tidak ada atasan atau rekan kerja yang memberi tahu), menentukan harga, negosiasi harga, membuat kesepakatan dengan orang lain, serta membuat kita berpikir kreatif untuk bisa berbeda dengan kompetitor agar orang tertarik.

Jadi, kalau ada yang bilang bisnis itu mudah, iya hal tersebut memang mudah. Tetapi jika ingin serius menekuni bisnis dan menjalankannya sebagai sumber utama penghasilan, kita harus level up our effort. Jauh lebih susah menjadi entrepreneur daripada menjadi pegawai karena we do all on our own. Karena itu saya masih betah menjadi karyawan dan menjalankan bisnis sebagai sampingan, haha.. Enggak apa-apa lah, hitung-hitung sambil belajar dan saya enjoy menjalaninya.

Saya rasa, semakin banyak teman-teman yang saya kenal mencoba dunia usaha, meskipun sifatnya hanya reseller alias menjualkan barang orang lain, meskipun sifatnya on-off alias jualan kalau sempat saja. Bagi saya, hal tersebut telah menunjukkan bahwa berjualan bukan lagi hal yang dipandang sebelah mata seperti dulu. Generasi orang tua saya bisa jadi malu kalau disuruh berjualan, tetapi generasi di bawah saya malu kalau tidak berjualan, iya enggak? Terlepas dari itu merupakan tren atau memang keinginan yang bersangkutan, mencoba menjalankan sebuah usaha itu lebih banyak sisi positifnya so it’s worth to try. Siapa tahu yang awalnya coba-coba bisa menjadi sesuatu yang menghasilkan J



3 comments:

  1. Waaaah. Semoga sukses ya Mbak. Kalo jualan apa yang kita suka rasanya memang lebih mudah. Jadi orang dagang kudu jadi Customer Service juga menurut saya. Hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, thank you Mas Dani..iya bener kita merangkap semua jabatan deh, termasuk CS juga hehe

      Delete