Sunday, December 31, 2017

Belajar Jualan Online dari Nol di Kampus Shopee

Siapa yang tak tahu Shopee? Salah satu platform belanja online ini identik dengan jargon Gratis Ongkir. Karena adik saya termasuk doyan belanja online (pakai kata banget), saya pun akhirnya mengenal Shopee darinya. Baru kemudian setelah saya kembali aktif berjualan buku anak impor, saya membuat aku Shopee untuk berjualan, selain Tokopedia dan tentu saja Instagram. Ternyata, di Shopee cukup mudah cara belajarnya karena banyak panduannya. Tapi tetap saja, saya tidak telaten belajar fiturnya satu persatu. Saya merasa faktor usia cukup berpengaruh disini, juga faktor niat, haha..

Seminggu yang lalu, mendadak ada email dari Shopee yang menawarkan partisipasi untuk mengikuti Beginner Class by Kampus Shopee. Isinya, belajar Shopee dari nol, plus ilmu seputar online marketing, yeay!! Pas banget ya. Sayangnya, support system saya mendadak tidak available semua untuk menjaga si bungsu. Kali ini, saya tak mau menyerah dengan keadaan. I had to come. Bismillah, saya bulatkan tekad untuk mengajak bayi 10 bulan ini serta dengan segala resikonya.

 Pagi itu, kami berdua naik Go Car ke hotel HOM Platinum Gowongan. Sampai di sana, masih belum banyak yang datang. Panitia pun hanya terdiri dari tiga orang pria. Peserta juga ternyata dibatasi hanya untuk 50 orang saja. I was lucky then. Setengah jam menunggu, peserta dipersilakan untuk coffee break, kemudian acara pun dimulai.

James, yang menjelaskan materi dengan super cepat
Ternyata, panitia yang hanya tiga orang tadi adalah juga MC, pembicara, juga ketua Kampus Shopee cabang Jogja. Efisiensi but it worked. Icat, yang berperan sebagai MC, kalau tidak salah adalah city manager Shopee di Balikpapan. Sementara James, yang menyampaikan materi, adalah perwakilan Shopee yang menangani Community, di bawah Marketing Department.  They’re both young and energetic, benar-benar cerminan generasi millenials yang aktif dan berprestasi.

(ini sudah empat paragraf tapi gak kunjung turun ke materi hhhhh..)

Trus, apa poin-poin penting yang saya dapat? Berikut fotonya.


Karena ini adalah kelas untuk pemula, maka pengenalan fitur Shopee pun mulai dari basic banget. Termasuk yang sifatnya mendasar, seperti kenapa harus jualan pake Shopee. Kalau saya sih karena ada promo gratis ongkirnya –that I thought attract more buyers- walaupun ternyata sebagai seller ada benefit yang lebih dari itu, yaitu:
  1.        Bebas komisi
  2.        Fiturnya user friendly
  3.        Ada garansi Shopee
  4.        Ada fasilitas Seller Center

Nah, poin terakhir itu yang saya suka. Kalo kita mengalami kebingungan, langsung kontak Seller Center aja. Saya pernah gagal beberapa kali mengupload foto KTP, hanya dalam beberapa hari masalah kelar. Seller Center member beberapa opsi solusi dan akhirnnya solusi terakhir berhasil. So, sewaktu kemarin saya terpaksa keluar ruangan karena anak saya rewel, saya nggak terlalu masalah karena when I have questions, I can just ask Seller Center.


Selain basic info tentang Shopee, peserta juga mendapat ilmu tentang marketing seperti tahap psikologi pembeli, tips fotografi produk, dan copywriting. Ternyata, walau modelnya marketplace, yang menurut saya orang cari harga termurah, copywriting tidak boleh asal-asalan. Kalau foto produk jelas lah ya harus bagus, detil, riil.  Kalau perlu, beli mini studio light box untuk pemotretan, atau bikin sendiri. Kemarin, secara singkat, peserta ditunjukkan cara membuat DIY light box dari kardus. Ternyata tidak susah, lho!

Nah, balik ke poin copywriting, ternyata banyak hal yang saya kira wajar namun ternyata itu harus dihindari. Misalnya:
  1. Galak ke customer. Pernah baca tulisan “kami tidak menerima complain, BE A SMART BUYER” atau malah yang lebih pedes lagi? Nah, itu contoh bentuk “galak” ke konsumen. Kita bisa memilih kalimat yang lebih netral atau bahkan lebih ramah kan..
  2. Fokus pada diri sendiri alias tidak melihat ke toko sebelah.
  3. Kalimat tidak sesuai segmen. Misalnya, kalau calon pembeli kita adalah ibu-ibu, sebaiknya jangan pakai kata sapa “Gan” J
  4. Membosankan. Misalnya, caption sama untuk semua produk. Ini juga menjelaskan poin nomor dua, dimana kita memang sebaiknya melihat kompetitor kita untuk bisa melihat kualitas caption kita, apakah sudah menarik atau belum.

Lalu, pernah lihat FLASH SALE ketika membuka Shopee? Murah banget kan harganya? Beberapa seller yang ikut kelas kemarin sempat bertanya bagaimana caranya bisa bergabung dalam promo Flash Sale. Ternyata, promo tersebut adalah program ujicoba Shopee dan sejauh ini seller dipilih secara internal. Dan…biasanya Flash Sale itu bikin rugi (ya iyalah murahnya keterlaluan) karena tujuannya adalah menaikkan popularitas toko yang bersangkutan. Meskipun dipilih secara internal, tetap saja ada syaratnya, yaitu stok barang banyak alias diatas 100 dan siap melayani pembelian ketika order datang. Bayangin aja kalau punya stok 100, tanpa pegawai, kirim ke 100 alamat berbeda, belum kalau barangnya ada pilihan warnanya. Zzzz…

Sesi tanya jawab, jadi ajang curhat seller
Cukup jelas ya, dunia perShopee-an ternyata seperti ini.. Seru dan menantang, khususnya saya sebagai pemain baru (dan pembeli lama :p). Enggak sabar rasanya untuk mengupdate stok buku di Shopee dan menerapkan semua ilmu di atas. Besok ya, tahun 2018.


Iya, itu satu jam lagi.

Thursday, December 14, 2017

Natsuko Shioya, Alternatif Perpustakaan Anak di Jogja


Saya menemukan tempat ini secara tidak sengaja saat survey sekolah untuk Aksa. Perpustakaan ini  diberi nama Natsuko Shioya, walaupun nama sekolah yang menaunginya adalah MySchool. Pemiliknya bukan orang Jepang seperti namanya. Namun, orang yang dulu menginginkan perpustakaan ini untuk dibuat adalah Natsuko Shioya, seseorang berkebangsaan Jepang, yang kemudian meninggal dunia. Akhirnya, perpustakaan ini dibuat oleh kekasihnya yang berkebangsaan Australia pada tahun 2001. Berarti, kemana saja saya ya selama 16 tahun ini? Hehe..

Setua usianya, buku koleksi perpustakaan ini banyak yang sudah tua tapi…..lengkap! Khususnya koleksi buku anak asingnya. Untuk perpustakaan sekolah yang dibuka untuk umum, menurut saya koleksi bukunya menarik (mendadak teringat perpustakaan SD saya dulu, yang menarik hanya Majalah Bobonya). Buku dewasanya pun bagus-bagus, ada yang fiksi maupun nonfiksi, lokal maupun impor. Bahkan, buku referensi mengajar dan perkembangan anak pun ada. Sangat menggoda untuk guru dan orangtua yang ingin mendalami ilmu parenting macam saya.

Buku untuk usia playgroup dalam berbagai ukuran. Bawah: bacaan untuk guru


Terakhir ke sana, saya masih hamil tua. Berarti sudah hampir setahun yang lalu. Kartu keanggotaan saya sekarang ternyata sudah expired. Tahun lalu saya harus membayar Rp 45.000 agar bisa membawa pulang buku empat buah selama seminggu. Tahun ini, biayanya naik menjadi RP 50.000. Kalau terlambat mengembalikan, dendanya Rp 700 per buku. Masih tetap terjangkau menurut saya.
Jika ingin membaca di tempat, pengunjung tidak dipungut biaya. Tetapi, jangan waktu jam sekolah ya karena digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Datanglah jam 12-15 pada hari kerja, atau Sabtu tetapi sebelum jam 1 siang. Suasanya lumayan nyaman bagi anak untuk membaca karena ada karpet dan bean bag. Meskipun tanpa AC, ruangannya tetap semilir karena sirkulasi udara yang baik dari atap yang tinggi, jendela dan pintu yang lebar, serta hawa persawahan di sekitarnya.

Untuk buku anak asing, banyak yang terkenal seperti seri Dr.Seuss dan anjing kecil Spot, serta boardbook untuk balita. Untuk usia SD, tersedia buku hardcover yang cukup banyak. Kalau ingin meminjam untuk anak kita, ada panduannya kok di bagian cover, apakah itu untuk usia TK, SD kelas 1,2,3 atau 4,5,6. Tahu tidak, koleksi Lupusnya lengkap! Siapa tau kita mau nostalgia. Kita yang generasi 90an maksudnya..



Saya tidak tahu apakah liburan sekolah nanti perpustakaannya ikut libur atau tidak. Tetapi sepengetahuan saya sih walau libur, front office seharusnya tetap buka. Siapa tahu ada yang mau cari info pendaftaran. Kebetulan perpustakaannya menjadi satu bangunan dengan front office dan daycare MySchool.

Kalau memang buka, try to give a visit. Semoga anak-anak (termasuk orangtuanya) suka ya!

Si Kakak asyik baca

Ayo, dijaga ya bukunya...



Tuesday, December 5, 2017

Review Nursing Room di Jogja (Part 2)

Di post sebelumnya, saya telah mereview nursing room di Ambarrukom Plaza, Galeria Mall, dan Hartono Mall Jogja. Sekarang, saya tambahkan lagi beberapa ya..

1.       Jogja City Mall
Mall dengan bangunan yang bukan seperti mall ini termasuk yang tenantnya paling banyak di Jogja. Nursing room tampaknya ada di setiap lantai. Bentuknya privat alias harus bergantian karena ukurannya lumayan kecil. Fasilitasnya lumayan lengkap, seperti wastafel dengan sabun, changing table, dan sofa. Suasananya temaram dengan dominasi warna gelap. Beberapa kali kesana, baru kemarin sabtu saya bertemu dengan makhluk kecil bernama bayi kecoa. Ewww..untungnya sesi menyusui sudah selesai dan pintu dalam keadaan terbuka. Padahal bersih lho tempatnya… Apa karena minim pencahayaan dan berdekatan dengan toilet?



2.       Transmart Maguwo
Meski formatnya bukan mall pada umumnya, saya masukkan ke dalam review nggak papa ya.. Saya sempat menyusui di dua lokasi berbeda di sini. Yang pertama di area Trans Studio, yang kedua di dept.storenya. Di Trans Studio, nursing roomnya sangat ala kadarnya, tapi bersih. Kursi menyusui seperti kursi tunggu pasien di puskesmas (yang stainless) tanpa sandaran, hanya empat seat. Ada wastafel satu. Sementara di dept.store, nursing roomnya bagus.. Dekornya biru putih, lalu ada dua kamar menyusui bertirai dan sofa, sementara changing table ada dua juga di ruang utama. Pintunya pun tidak langsung menghadap ke dalam ruangan (ada semacam gang) sehingga kita tidak mungkin bersitatap dengan yang orang yang baru masuk.




3.       Vinolia `
Vinolia memang bukan mall, tetapi saya tergoda untuk mereviewnya disini karena nursing roomnya cantik! Baby shop yang satu ini termasuk yang terbesar, tertua, dan terkonsep dengan baik. Dulu Vinolia berukuran kecil, sekarang sudah menjadi bangunan dua lantai dilengkapi parkir dan musholla di basement. Nursing roomnya berada di lantai dua, di seberang toilet. Di dalamnya ada sofa, baby crib, pemanas susu (kalau tidak salah, karena saya belum pernah melihat alat ini sebelumnya). Bentuknya mirip kamar tidur bayi, mungkin sekalian mendisplay produk ya, seperti nursing roomnya IKEA. Oiya, karena jendelanya besar, orang di luar bisa melihat ke dalam. Jadi, pastikan anda menutup tirai terlebih dahulu, atau memilih sudut menyusui yang tidak terlihat dari luar.






Piye, isih enak jamanku tho? Hehe.. Memang harus disyukuri bukan, kemudahan menyusui di masa kini wherever we go. Kalau ada tambahan review, silakan tulis di kolom komentar ya..  

Sunday, December 3, 2017

Review Nursing Room di Jogja (Part 1)

Sebagai generasi mall (mengakulah buibu..), rasanya hidup kurang lengkap jika akhir pekan atau awal bulan kita tidak menyambangi pusat perbelanjaan. Tidak harus membeli sesuatu sih.. Bagi saya, unsur refreshing lah yang paling penting. Sejak memiliki anak, keberadaan nursing room alias ruang menyusui menjadi hal penting dalam memilih mall. Alhamdulillah, mall jaman sekarang rata-rata sudah memiliki fasilitas nursing room. Apalagi di Jogja, yang mana mall-mallnya masih seumur jagung sehingga nursing room menjadi salah satu fasilitas wajib selain toilet bersih dan musholla.

Saat masih tinggal di Bogor, saya sempat mereview beberapa nursing room di post ini. Setelah setahun kembali ke Jogja dan sudah mengunjungi hampir semua mall di Jogja, akhirnya saya punya cukup stok foto nursing room untuk membuat post, hehe.. And here we go..

1.       Ambarrukmo Plaza
Walaupun termasuk mall senior di Jogja, Amplaz termasuk yang mengikuti perubahan kebutuhan pengunjung. Saya ingat sekali, saat masih kuliah musholla di Amplaz hanya seuprit. Sekarang, lokasi bekas musholla di beberapa lantai sudah berubah menjadi nursing room dan toilet. Ukurannya tidak begitu besar, namun didesain untuk digunakan lebih dari satu pengunjung. Fasilitas di dalamnya lumayan lengkap, ada wastafel dan changing table untuk mengganti popok. Sofanya bisa untuk sampai lima orang. Minusnya, jalan masuknya agak sempit sehingga sebaiknya tidak membawa stroller ke dalam kalau ada lebih dari satu orang di dalam. Plusnya, nursing roomnya ada di lebih dari satu lantai. Kalau penuh, masih bisa ke lantai lain dan jarak ke eskalator pun tergolong dekat karena mallnya juga tidak terlalu luas.



2.       Galeria Mall
Karena Gale (ini sebutan kerennya saat saya masih sekolah) usianya lebih tua daripada Amplaz, saya tidak berharap banyak menemui fancy nursing room di sini. Ada nursing roomnya saja sudah Alhamdulillah banget mengingat mushollanya “begitu deh”. Nursing room di Gale hanya ada di lantai 3 alias lantai paling atas, di antara arena bermain dan food court. Menurut saya, ini tempat yang ideal karena bisa nyusuin sambil nungguin anak n suami yang asyik di Timezone. Nursing roomnya luas, sofanya banyak walau ada yang sudah sobek covernya, ada wastafelnya tetapi minus changing table. Nursing roomnya tampaknya tidak didesain khusus untuk itu karena ruangannya usang, ada beberapa lubang di tembok. Dan….terakhir kali kesana pintunya nggak mau nutup rapet, huhu… Jadi tetap harus waspada kalau nyusuin.



3.       Hartono Mall
Nah, ini termasuk mall kelas atasnya Jogja. Saya belum sempat browsing semua lantai karena emang jarang kesini. Nursing room yang saya tahu ada di dalam Parkson Dept.Store. Tempatnya mewahhh… Desainnya bagus, warna wallpapernya juga. Ada seperti ruang tamu tempat kita bisa gantiin popok sampai bikin susu, karena ada dispensernya. Wastafel plus stok tisu yang cukup juga ada di ruang ini. Di bagian pojok, ada dua sofa menyusui dengan tirai. Kalau tidak salah ada colokan juga. Di luar nursing room ada mini playground dan toys section, mungkin biar si sulung bisa main dengan tenang sembari adiknya menyusu.







Lanjut di post berikutnya yaa..