Saya,
wanita yang paling tidak suka menyibukkan diri di dapur, mendadak pingin ikut
lomba masak. Tawaran lomba tersebut datang saat sekolah Aksa berencana
mengadakan peringatan Hari Pangan dengan cara mengadakan Cooking Competition
for Parents. Niat saya seseruan, karena menang bukan target utamanya. Seru
pastinya karena satu tim berisi lima orang dan saya belum banyak kenal dengan parents yang lain, so pasti bakal nambah
kenalan dan ajang sosialisasi. Hobi nonton Masterchef juga turut menjadi faktor
penguat keinginan saya untuk berpartisipasi. Kapan lagi bisa ikut lomba masak
yang nothing to lose gini kan ya..
Se-nggak niat nggak niatnya menang, tetap saja
saya dan tim nggak mau tampil memalukan. Setelah tim terbentuk mewakili level
kelas anak kami, kami pun berdiskusi melalui grup Whatsapp, dilanjutkan sekali
kopdar pada H-2. Saya ingin menu yang sesimpel mungkin karena saya cari aman
(hahah), dan alhamdulillah ibu-ibu di kelompok saya pun kayaknya orangnya
nyantai semua. Klop dah. Bikin nugget singkong kita akhirnya (karena bahan
dasar masakan harus singkong), sesuai usul ketua tim.
Yak, pada
hari H, saya sudah sempat mengukus beberapa sayur untuk garnish di rumah karena
saya yang mendapat tugas plating. Siapa
tahu disana waktunya tidak cukup untuk mematangkan sayur hiasan ini.
Ternyata
betul saudara-saudara. Waktu 1,5 jam yang diberikan panitia yang awalnya serasa
“kok lama banget”, ternyata berlalu dengan saaaangat cepat. Kegiatan pertama
yaitu memarut singkong, membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang saya duga.
Padahal, dua orang dikerahkan untuk memarut (termasuk saya) sementara tiga
orang lainnya mengupas udang dan menyiapkan wortel cincang sebagai bahan adonan
nugget. Sehingga, ketika waktu memasak tersisa 15 menit, adonan baru masuk
panci pengukus. Ketika waktu kurang tiga menit, nugget baru sempat digoreng. Terpaksa,
kami sajikan nugget kukus di piring yang sudah selesai proses garnishnya.
Sebelum peluit berbunyi,
Alhamdulillah kami berhasil mengganti nugget kukus
dengan nugget goreng.
Meja tim lain |
Fiuhhh.
Lega dan…pengen ketawa rasanya..
Gimana enggak
ya, saya ngerasa tim kami nebie abis
di kancah perduniamasakan. Itu meja sebelah masakannya rumit-rumit dan display
mejanya alamak colorful to the max…!
Kalau saja salah satu dari kami tidak membawa bunga dan alas meja serta tulisan
artsy yang diberi pigura, sudah
hancur lebur ini meja. Cuma ada piring dengan desain minimalis dan nugget
kukus. Bayangkan saja, tim sebelah menunya ada yang klappertart sampai smoothies.
Dari bahan singkong, lho. Gak kebayang kan..
Meja tim saya. How? |
Melihat hasilnya,
saya sih sudah pasrah kami akan menghuni perolehan poin di dua terbawah. Tapi, saya puas dengan hasil
plating saya yang clean dan ala ala masterchef. Boleh dong memuji diri
sendiriii.. For a woman who never cooked until she got married, this is an
achievement.
Saat pengumuman,
kami pun dinobatkan sebagai juara kelima dari lima peserta. Alhamdulillah…hahaha..
Hadiah lomba. Kreatif dan sangat Hari Pangan. |
Terlepas dari
peringkat kami, saya menilai ada beberapa hal yang bisa saya pelajari dari
lomba masak ini.
Pertama,
manajemen waktu. Idealnya memang menu harus diuji coba terlebih dahulu sebelum
dilombakan sehingga kita tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk setiap
tahapnya. Sebenarnya, ketua tim sudah mencobanya di rumah sih, tapi maklum kami
ibu-ibu yang terlalu banyak pikiran sehingga tidak terpikir untuk menghitung
waktu memasak. Karena saya juga tidak pernah ikut lomba masak, saya hanya fokus
ke bagaimana tugas saya bisa dilakukan dengan baik, yaitu plating.
Kedua, kerjasama
tim. Kami berlima belum mengenal satu sama lain. Kalau tidak salah, saya hanya
pernah berbincang sekali dengan setiap anggota tim lainnya, dan baru berkenalan
dengan satu anggota tim yang tersisa. Pada hari H, kami ternyata mampu
bekerjasama dengan baik, tanpa ada konflik, malah setelah lomba semakin dekat. Lomba
masak ini ternyata sudah mencapai tujuannya, yaitu gathering. Mengumpulkan dan mengakrabkan yang tadinya tidak saling
tahu.
Ketiga, pengalaman. Terlihat sekali dari
pilihan menu, peralatan yang dibawa, alat makan yang didisplay bahwa jam terbang itu berpengaruh besar. Sama seperti
lomba-lomba lainnya (mendadak saya ingin menulis tentang lomba mewarnai anak
ya). But, honestly, I do like my team’s
decoration. Saya suka yang simple and
that’s what we did. Pilihan menu
juga sudah sesuai dengan kemampuan kami.
For that, I conclude that, we made it!! High Five
for all of us ya buibu.. and also for dads who took care of the kids and babies
while we’re having fun J.