Sunday, October 27, 2019

Survei SD di Jogja Utara (1): SDIT Luqman AL Hakim


Hai, kembali saya tergerak untuk berbagi mengenai pengalaman mencari sekolah untuk anak sulung saya. Kalau dua tahun lalu mencari TK, kini saatnya mencari SD untuknya, masih di daerah Jogja utara. Saya dan suami memutuskan untuk mencari SD swasta Islam dengan sejumlah pertimbangan, seperti kuatnya basic pendidikan agama untuk ke depannya, lingkungan pertemanan yang insya Alloh Islami, dan kualitas pendidik yang layak dijadikan role model, bukan sekadar penyampai ilmu.

Alhamdulilah, daerah Jogja utara alias Sleman berlimpah SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) yang memungkinkan kami untuk mengunjungi beberapa sekolah untuk mencari informasi.

Pilihan pertama jatuh pada SDIT Luqman Al Hakim Sleman (LH) yang berlokasi di Jalan Palagan Tentara Pelajar, tepat di sebelah Hotel Hyatt. Kenapa kami tertarik ke sini? Karena beberapa teman sudah menyekolahkan anak di LH dan mendapat kesan positif. Selentingan dari mulut ke mulut juga tidak ada berita miring, intinya berkualitas lah. Kelemahannya memang harganya mahal, tetapi tidak ada biaya daftar ulang setiap naik kelas. Lumayan kan ya, 2-3 jutaan dikali 5.

Oh iya, kalau tidak salah setahun lalu saya pernah mengunjungi booth SDIT LH di pameran pendidikan di Hartono Mall. Yang membuat saya tidak sreg hanya satu hal: gedongan banget. Maksudnya, maket dan brosur menunjukkan desain bangunan yang lux tapi full bangunan. Kurang hijau, kurang colorful… Saya mikir, apa nggak bosen ya anak saya 6 tahun dengan situasi flat gini, dengan target hafalan 10 juz hingga lulus kelas 6 nanti.

Nah, saatnya membuktikan benar tidaknya ambience tersebut.

So, minggu lalu kami mengunjungi SDIT LH. Bener sih, kaku banget suasananya. Apa mungkin saya terbiasa dengan pendidikan TK yang meriah, lalu ke sekolah alam yang super nyeni and out of the box, dan TK anak saya juga nggak kalah hijau dan nyeni.

Oke, itu satu hal saja yang membuat saya tidak sreg. Lalu, kami masuk ke bagian informasi dan diterima oleh seorang bapak yang menjelaskan tentang alur pendaftaran siswa baru, biayanya, sistem pendidikannya, ekskul, dll. Highlightnya adalah:

1. Uang pangkal minimal 22 juta, tapi juga ada pilihan 25 juta, 27 juta, dan nggak ada perbedaan di fasilitas. Jadi, kaya semacam infaq aja. SPP kok saya lupa ya... Kalau nggak 1,2 juta ya 1,4 juta..

2. Uang pangkal dicicil dua kali, lunas sebelum Desember 2020, minimal 13 juta dibayarkan setelah dinyatakan diterima. Ditambah seragam, buku paket, dll mungkin bisa sekitar 17 juta bayaran pertama.

3. Kelas putra dan putri dipisah. Untuk kelas satu SD tahun ini, ada dua kelas putra dan satu kelas putri dengan dua guru kelas, yaitu satu wali kelas dan satu guru agama untuk tahfidz mungkin ya. Saya agak lupa.

4. Makan siang disediakan di ruang makan semacam kantin prasmanan, dimana guru ikut makan bersama siswa, dan murid laki-laki dan perempuan dipisah. Setelah itu, mereka mencuci piring sendiri.

5. Masuk jam 7.15 dan pulang jam 14.00. Tapi, nanti awal masuk nggak langsung jam segini. Pulang jam 11 dulu.

Karena target hafalan yang 10 juz itu tadi, saya sempet keder donk secara kami ortunya aja juz 30 gak hapal. Kata ustadznya, nanti bisa disesuaikan kemampuan anak. Kalau gak salah sih sejauh ini sekitar 70%-80% capaian keberhasilan muridnya. Pak ustadz juga menawarkan kami untuk menengok ke dalam area sekolah, meskipun tidak diantar.


My favorite section: the cozy library
Nah, sekolahnya memang nggak luas dan memang bener beton banget. Di bagian luar pun nggak terlalu hijau. Ada lapangan di depan kelas tapi tidak terlalu luas dan hanya ada keran wudhu. Mungkin untuk wudhu anak kelas satu yang masih solat di kelas. Kelasnya cukup luas dengan dinding yang lumayan colorful karena display. Di deretan kelas, ada perpustakaan yang sangat cozy dengan karpet tebal dan AC, namun cara mendisplay buku ceritanya masih bisa diperbaiki agar anak-anak minat main ke sana.

Tidak banyak yang bisa dilihat, jadi tur selesai sampai disini. Situasi murid-murid cukup terkendali kalau saya lihat. Aman dan teratur.

Jadi, gimana? Anaknya sih nggak keliatan resisten. Saya cuma takut anaknya jenuh aja,,,atau ini hanya bisikan syaitan? Hehe…