Thursday, February 28, 2019

Gemari Pratama, Kelas Online ala KonMari


https://medicalxpress.com/news/2019-01-konmari-method-clinical-hoarders.html

Gemari Pratama bukanlah gerakan pramuka, walau namanya sepintas sama, hehe... Gemari merupakan kependekan dari Gemar Rapi, sejenis gerakan bebenah yang terinspirasi oleh metode KonMari-nya Marie Kondo. Pratama adalah level pemula. Jadi, Gemari Pratama (GP) adalah kelas bebenah online via Whatsapp Group untuk level pemula yang baru-baru ini saya ikuti.

Bisa terdaftar sebagai peserta GP menurut saya adalah suatu kebetulan, walau sebenarnya sudah digariskan oleh Yang Diatas sebagai rejeki untuk saya. Setiap saya cek Instagram, jaraaaang banget ada post atau story @gemarrapi. Kebetulan sekali saat itu ada pengumuman kulwap tentang metode bebenah. Saya ikut lah, karena memang saya sudah pernah baca The Life Changing Magic of Tidying Up nya Marie Kondo plus ikutan seminar Gemar Rapi nya Aang Hudaya, founder Gemar Rapi (baca post nya di sini).

Nah, ternyata di akhir sesi kuliah Whatsapp tersebut, ada pengumuman tentang dibukanya kelas Gemari Pratama, dengan biaya Rp 180.000 dan terbatas untuk 150 peserta. Pendaftaran dibuka hari Minggu jam 10 pagi kalau tidak salah.

Dan saya lupa. Eaaaaa…

Alhamdulillah banget, jam 10.15 pas saya buka hp langsung terlihat grup Whatsapp Gemar Rapi sudah ramai membicarakan kelas online ini. Kecepatan tangan saya untuk langsung menuju link Shopee, membaca cepat mekanisme pendaftaran, dan melakukan transaksi membuktikan bahwa saya generasi milenial, hahaha… Enggak ding, saya pelanggan setia Shopee, jadi sudah familiar klik klik nya plus pakai m-banking. Fiuh,  thanks to technology.

Setelah bayar dan sukses, baru deh bilang suami, “Yah, aku tadi daftar kelas online Gemar Rapi bayarnya Rp 180.000. Boleh kan?”

Alhamdulillah boleh soalnya tanggal muda dan udah keburu bayar, haha..

Kenapa sih saya semangat banget buat ikutan? Kan, udah baca bukunya tuh, ikut seminar pula, plus kulwap lagi. Bukannya harusnya udah bisa praktek sendiri ya?

Teorinya sih begitu. Tapi emang bener kok, saya sudah buktikan hasil ikut seminar Pak Aang waktu itu: saya membuat beberapa boks dari kardus bekas yang saya lapisi kertas bertuliskan jenis mainan anak so they are easier to tidy up according to the type of toys. Kemudian, laci pakaian anak saya ada satu yang saya ubah metode menatanya seperti metode KonMari. Dan, bener-bener ngeliatnya seneng. Semua jenis baju keliatan donk, dalam sekali buka. Gampang milihnya, dan enggak akan ada pakaian yang “jarang dipake karena di tumpukan bawah”.

Lalu, yang paling penting, kata-kata beliau tentang benda sekecil apapun akan ada hisabnya membuat saya berpikir beeerkali-kali kalau mau beli barang.

That this “hisab” things made me still feel “I need to let go more things” (which I haven’t), I decided to join this class.

Sempat menjelang seminar Gemar Rapi waktu itu, saya dan seorang wali murid di sekolah si sulung ingin mengundang tim Gemar Rapi untuk sharing di sekolah. Sayang, kurangnya panitia membuat kami urung. Lagipula saat itu harga yang ditawarkan out of our budget.
Jadi, semoga Gemari Pratama ini membawa perubahan positif tidak hanya bagi pesertanya, tapi juga orang-orang di luar sana.

Ganbatte!




P.S: Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Gemari Pratama.



Friday, February 8, 2019

Menikmati Big Bad Wolf Book Secara Langsung (Part 3: Jadi Jastip)



Awal April 2018, alhamdulillah cita-cita saya untuk mengunjungi Big Bad Wolf Books Jakarta kesampaian. Finally!

Setelah sebelumnya saya terpaksa menggunakan jasa titip alias jastip (baca post ini), kini saya leluasa memilih buku sesuai selera sekaligus menjajal peruntungan menjadi jastip. Karena sudah memiliki online bookshop bernama Ozbooks, proses mencari customer pun menjadi lebih mudah meskipun followersnya tidak terlalu banyak. Selain itu, promosi juga saya lakukan melalui status Whatsapp. Intinya, sebisanya lah.

Hari pertama dibuka (bukan preview sale tapi ya), I was super duper excited! Begitu masuk venue di ICE BSD, rasanya senang luarrr biasa. Sekaligus takjub. Betul pemirsah, bukunya buanyak banget dan itu nggak akan puas kalau cuma sekali datang. Saya bawa dua anak kesana, umur 1,5 tahun dan 5 tahun. Sendiri. Suami memang tidak ikut ke Jakarta, tapi adik saya ada kok buat bantu-bantu, walau dia punya batita juga. Hari pertama saya cus duluan karena udah nggak sabar, hehe.. Adik dan keluarga menyusul beberapa jam kemudian.



Niat awal adalah, saya belanja buku dengan budget sejuta. Buku pilihan saya sendiri yang kira-kira banyak peminatnya. Saya nggak live shopping karena nggak ada timnya, belum lagi sambil momong bocah. Yang saya bersyukur campur kaget adalah…ternyata buku-buku yang 30ribuan dan boardbook itu BANYAK. Berarti kemarin selera jastip saya aja yang nggak match sama saya. Saya memang fokus ke boardbook murah karena saya memang suka yang murah hehe.. Saya ambil yang 50ribuan beberapa, tapi yang 75ribuan enggak.

Sekitar tiga jam saya belanja, nurutin jam ASI yang kecil. Antri kasir nggak banyak karena kasirnya banyak banget. BBW kali ini menurut saya tertib dan rapi. Alhamdulillah nggak ada kasus buku terinjak terserak seperti yang rame di sosmed pada BBW sebelumnya. Sambil antri sambil upload di status Whatsapp, siapa tahu temen-temen ada yang mau.  


Sampai rumah (rumah adik hanya 5 menit dari lokasi atau sekitar 12ribu naik GoCar), saya langsung foto dan upload buku. Guess what, langsung sold out! Duit balik dong.. Hari berikutnya, saya belanja lagi sendiri dan pagi-pagi biar nggak antri, si kecil saya titipin Mama. Kali ini, saya terima titipan customer yang chat via DM dan WA, plus beli lagi sesuai prediksi saya.

Yang seru adalah, ketika kita harus mencari buku titipan atau mencari lagi buku yang kemarin kita pengen. Itu harus mengandalkan memori banget banget. So, hari berikutnya saya foto nomor meja dengan buku di bawahnya, jaga-jaga kalau ada yang nitip lagi. Hari-hari berikutnya? Udah hampir apal, hahah… Kadang udah apal pun masih ngubek satu demi satu, especially di section buku yang batal di beli (lokasi di ujung menjelang kasir), juga di bagian boardbook yang udah campur baur di tepi hall. Kalau teliti, buku-buku best seller yang sold out ada yang ngumpet disini lho!

Yang aneh, ada buku yang muncul di akun resmi BBW tapi tak Nampak batang hidungnya sekalipun di hall. Padahal, teman seorang customer ada yang dapet dari jastipnya. Nah, ini yang namanya permainan jastip gede dan BBW. Langsung borong. I don’t mind, karena ga semua buku, walo yang kadang bikin sebel karena buku itu limited and murah.

Nah, hingga saat kepulangan ke Jogja, kalau ga salah saya empat or lima kali belanja. Apakah semua sold? Enggak. Ada yang masih nangkring di box sampe sekarang.

Apakah balik modal? Ya enggaklah, hahah…Secara saya dari Jogja, ada tiket dan akomodasi yang harus dibayar. Kalau ngitung jastip yang per buku 5000 udah ga nutup lah ya, but I did it for pleasure. For the sake of my hobby and passion. Kalau jastip gede jelas untung, tapi ga tau juga sih. Rempong lho ngurusin customer segambreng di grup LINE or Whatsapp. Belum yang batal, yang cancel, yang bla bla bla.. Tapi mereka timnya ada kan, so they’re ready for that.

Yang paling ngrepotin selama jadi jastip apa? Paling customer yang pengen pake Shopee sih. Barang kalau di Shopee kan harus ada data yang diisi ya. Kebetulan di rumah adik ga ada timbangan kue. Jadi pakai asas kira-kira aja. Terus, kalau customer minta Shopee tapi pecah paket. Maksudnya, kalau total transaksi dia di atas dua kilo sementara subsidi Shopee hanya maksimal 20ribu. Biasanya, customer minta bukunya dibagi dalam beberapa paket yang bisa dia tebus. Jadi saya harus bisa mix and match sekian buku biar semuanya dapet subsidi ongkir dari Shopee. Repot sih, tapi kalo customer puas itu capeknya menguapppp, hahah…

Nganter barang ke ekspedisi tiap hari juga jadi PR. Kenapa, karena saya ga pengen customer nunggu sekian purnama hingga buku sampai ke tangan. Itulah kelebihan jastip kecil. Saya memposisikan diri seperti seorang customer. Packing yang penting tebel, biar boardbook gak cacat. Ga perlu cantik or diketik, yang penting cepet. Kalo nggak pas BBW sih wajib bubble wrap n bungkus rapi, walo nggak selalu diketik.

So, minat lagi ngejastip tahun 2019 ini? Pengen lahh, tapi sayang di Jakarta lagi. Kecuali suami ngajak liburan ke sana, mending saya titip adik aja deh. Sayang uangnya hehe…