Tuesday, March 26, 2019

Maudy Ayunda, Glenn Close, dan Mimpi Seorang Ibu


grid.id

Pagi tadi, salah satu teman di grup content writer tempat saya kerja post video MataNajwa yang menginterview Maudy Ayunda. Topik yang teman saya garis bawahi adalah gimana orang tua Maudy kasih trust ke anaknya untuk menentukan pilihannya sendiri sejak kecil. Karena pagi tadi lumayan senggang, nonton lah saya sampe habis.

Jadi, dia pilih Stanford donk.

Hahah, nggak nggak, bukan itu sih yang saya pengen ceritain di sini. Setelah berkutat di dunia permamakan ini, rasanya membahas kampus, mimpi, motivation letter itu udah old days banget ya. I used to think, I was there. But then I think, I still can be there. Masalah mimpi mah gak kenal umur, iya nggak? Maudy bilang, dia pengen banget bikin sekolah, kaya Najelaa Shihab dengan Cikal-nya. Yes, me too.

Dulu banget sih, pengen bikin sekolah. Apalagi pulang dari Kalimantan, ngeliat anak sana sekolahnya jauh dari kondisi Jogja. Trus, sempet ngajar juga, dan mentahbiskan diri sebagai seorang guru (walau tanpa gelar sarjana pendidikan) selama beberapa tahun hingga anak kedua lahir. And here I am stranded at home, which I still feel grateful for, karena saya juga jadi gurunya anak-anak saya khannn…pahalanya jelas, bebannya luar biasa.

Mungkin karena adaptasi menjadi ibu dan ibu rumah tangga serta keterpautan dengan anak yang susah dilepaskan, tawaran mengajar pun saya abaikan. Nunggu sampai dapet feel nya, nunggu sampai, “Ok, I got to go back to teach!”, pikir saya.  Jadi, mimpi saya untuk membuat sekolah masih sekadar mimpi, yang kata Maudy “mimpi nanggung”, hahah…iya ya, katanya pengen tapi nggak effort.

Bismillah, semoga momen sekarang sebagai ibu rumah tangga bisa untuk memperkaya diri dan ilmu untuk nanti come back ke dunia pendidikan. Ga bisa bohong, selama menjadi ibu, banyak kesempatan dimana saya berpikir, “Ooh, harusnya gini ya cara treat anak yang lagi tantrum/rebel/dll” yang dulu saya hanya learning by doing tapi missed di ilmunya karena belum dipertemukan dengan sumber/buku/guru yang tepat.  Jadi, instead of mengubur mimpi, saya masih punya mimpi itu. Waktu eksekusi menyusul, berikut time plan nya.

Tapi, ini kok malah ambil job content writer? Why not, selama tidak mengganggu peran utama saya sebagai ibu rumah tangga. Menulis juga memperkaya ilmu, untuk portfolio n networking juga. Sekarang kemampuan menulis itu penting, karena tulisan mudah tersebar luas dengan makin mudahnya akses informasi. Bukan nggak mungkin dari berbagi ide di dunia maya bisa bertemu kawan sevisi untuk mimpi besar tadi.

Sebenernya topik tentang wanita dan mimpi ini pernah disinggung oleh seorang teman baik, sebut saja Mustika, seorang ibu beranak satu yang kini baru mengawali studi Ph.D nya di negeri 4 musim. Dalam IG story nya, ia membahas tentang pidato Glenn Close di Golden Globes 2019 saat memenangkan best actress dalam film The Wife. Pidato tersebut menceritakan ibu Glenn Close yang selalu setia pada ayahnya, pada usia 80 tahun mengatakan, “I feel like I haven’t accomplished anything.”
……
(walau topik ini dibahas dengan Mustika via chat dan baca artikel, but for this post I watched the speech on YouTube, and I shed tears…)

Kemudian kami pun membahas tentang personal fulfillment, yang oleh Glenn Close disebutkan bahwa wanita harus memilikinya dan diperbolehkan untuk mencapainya. I said to her, sekarang wanita lebih mudah menemukan passion-nya, apa yang dia mau, dsb, namun ada juga yang menjadi ibu rumah tangga memang ultimate goalnya. Then she replied, jangan sampai ya ending-nya kaya ibunya Glenn Close tadi. Merasa nggak achieve anything.

Sejujurnya, mimpi besar saya adalah menjadi ibu dan istri yang baik sesuai keyakinan saya (dan mimpi nanggung saya adalah bikin sekolah, hehe)… But, it needs a process and that personal fulfillment definitely will fuel my ultimate goal.  

Mau menulis atau mengajar, I feel fulfilled. Sejauh ini, hal tersebut sudah cukup untuk menyalurkan passion saya untuk share knowledge, untuk merasa memberi dampak di luar rumah, thus I feel recharged at home. Written or verbal, for adults or for kids, tidak masalah buat saya selama karya saya berada di jalan yang benar dan anak-anak plus suami juga di jalan yang benar (alias kepegang). 
Balance, it is!!

So, have you found your personal fulfillment?