Monday, February 9, 2015

Masih Tentang Pakaian Bekas


Saat saya masih mahasiswa, penggemar dan penjual baju bekas belum sebanyak ini. Sekarang, saya melihat di Facebook banyak akun baju bekas, dari yang “benar-benar bekas” (ini sebutan saya untuk pakaian bekas yang kurang layak jual) hingga yang branded dan seperti baru.

Menurut saya, banyaknya peminat baju bekas ada hubungannya dengan tren berpakaian vintage alias jadul. Entah berapa lama tren ini akan bertahan, yang pasti sekarang yang jadul masih diminati. Adik saya salah satunya. Ia sekarang berdagang baju vintage dengan label Meet Me Dorothy. Harganya miring, tetapi bukan bekas. Entah dia dapat dari mana, katanya rahasia perusahaan. Saya juga sempat membaca profil Le Budget, bisnis baju bekas besutan dua orang remaja Surakarta di hipwee.com. Baju bekas koleksi Le Budget termasuk mempunyai nilai fashion, dan promosinya pun digarap serius.

Selain masalah tren mode, memilih baju bekas juga merupakan wujud gaya hidup hijau karena mengurangi limbah tekstil dan berbagai bahan baku yang tidak ramah lingkungan. Belum lagi kalau membicarakan upah buruh yang kurang layak (kalau tertarik masalah ini, bacalah artikel mengenai sweatshop). Di negara Amerika Serikat dan Kanada, cukup banyak toko pakaian bekas termasuk yang dijalankan oleh organisasi charity yang disebu thrift store dan organisasi keagamaan seperti Salvation Army. 

Jangan dibandingkan dengan toko pakaian bekas impor disini ya, karena disana barangnya bersih dan ditata rapi layaknya toko, lengkap dengan pramuniaga. Tidak hanya pakaian, mereka juga menjual sepatu sampai perabot rumah tangga. Salah seorang teman WNA menceritakan bahwa sejak kecil ia gemar membeli baju di thrift store dan itu bukan hal yang memalukan disana.

Di Indonesia, masih sedikit toko pakaian bekas atau barang bekas yang naik kelas. Di Jogja ada Barkas, toko barang bekas yang penataannya lumayan rapi dan berada di ruko. Harganya masih agak tinggi untuk barang bekas, menurut saya. Setidaknya, sudah ada usaha untuk melihat potensi tersembunyi dari barang bekas. :)

Saya sendiri belum pernah ke pusatnya baju bekas semacam Pasar Senen, bisa kalap nanti, haha.. Yang jelas, konsumen sekarang lebih cerdas. Mereka rela berburu barang murah berkualitas, dan tidak dibutakan oleh harga mahal dan merk. Kalau masalah bekas atau tidak, itu tergantung selera dan standar masing-masing orang ya. Saya sih tidak masalah, selama masih bagus, bersih, dan nyaman dipakai, kenapa tidak?

2 comments:

  1. Kebanyakan nyari barang bermerk.. Kalok aku sih mending baju bekas tapi asli, daripada baru tapi kw.. :D

    ReplyDelete