Kembali ke Jogja, berarti bisa lebih sering pergi ke
perpustakaan. Salah satu perpustakaan yang saya rutin kunjungi dulu adalah
Perpustakaan Kota Yogyakarta alias Perpuskot, yang terletak di belakang
Gramedia Jl Jend. Sudirman. Sengaja saya pilih hari kerja dan pagi hari untuk
menghindari suasana yang terlalu ramai. Maklum, terakhir kali saya kesana awal
2016 sewaktu mudik, perpustakaan bagian anak ramai sekali. Karena hanya berupa
ruang kecil berpartisi setinggi pinggang, saya pun tidak bisa leluasa membacakan
buku untuk anak saya.
Selasa kemarin, saya, Aksa, dan ayahnya datang sekitar pukul
10 pagi. Parkiran motor sudah cukup ramai. Gazebo depan pun sudah terisi 50%,
begitu juga dengan ruang baca lantai pertama. Saya langsung menuju resepsionis
untuk mengaktifkan kembali kartu anggota saya yang sudah hilang semenjak saya
pindah Bogor. Syukurlah, mereka berhasil menemukan akun saya dan memberikan
kartu sementara. Mas petugasnya sempat takjub, saya mendaftar di urutan 161
alias masa-masa awal Perpuskot beroperasi. Ya iya lah, dulu ke perpus untuk
mengisi masa-masa menganggur pasca lulus kuliah, sekarang kesini sudah sama
balita. Sudah lamaaa sekali.
Singkat cerita, kami naik ke lantai dua. Tas sengaja tidak
saya masukkan loker karena ukurannya kecil dan hanya berisi perlengkapan
darurat semacam baju ganti anak, dompet, hp, dan biskuit mini. Tupperware saya
bawa begitu saja.
Sofa diapit rak buku referensi |
Begitu melihat bagian anak yang kosong, saya pun bersorak. Ini
artinya saya dan Aksa bisa puas memilih dan membaca buku. AC-nya pun terasa
dingin. Ternyata, suami dan anak sudah lebih dulu menemukan buku-buku bertema
dinosaurus yang sedang digemari Aksa. Lumayan banyak, dari yang model pop-up,
ensiklopedi, sampai yang minim ilustrasi untuk usia SD.
Sambil mencarikan buku Aksa, saya bisa mengamati lebih
seksama koleksi buku anak yang ada. Koleksinya mayoritas buku terbitan dalam
negeri. Buku referensi yang tebal dan terbitan baru diletakkan di rak khusus
dekat sofa, sementara ensiklopedi jadul macam terbitan Widyadara diletakkan di
rak display. Majalah anak semacam Bobo dan NatGeo Kids juga cukup banyak,
sementara di sisi kiri pintu ada koleksi komik dan novel anak. Jadi, saya duduk
di sisi kanan pintu yang lebih banyak buku cerita untuk balita hingga TK,
termasuk boardbook. Ada juga buku impor walau hanya satu saf, kondisi masih
bagus. Tampaknya usianya masih belum terlalu tua. Sementara buku pop-up sudah
banyak yang rusak, bahkan ada buku yang pop-upnya hanya utuh di satu halaman saja.
Memang perawatan buku semacam ini harus ekstra.
Ruangan yang cukup nyaman walau sempit |
Yang diminati Aksa |
Ada boardbook untuk batita semacam Halo Balita |
Karena sudah mengantongi kartu anggota, saya pun mengambil
dua buku berkode SR (hanya kode ini yang boleh dibawa pulang) dan turun ke
lantai satu untuk mendaftarkan pinjaman. Sayang beribu sayang, komputer sedang
bermasalah sehingga untuk sementara tidak bisa meminjam buku. Hiks..
Aksa pun mulai merengek minta biskuit karena lapar. Kami berdua
pun keluar (ayahnya hanya mengantar lanjut ngantor) lalu menikmati biskuit
sambil duduk di gazebo yang memang dipersiapkan untuk rehat sekaligus
berinternet. Ini terlihat dari stop kontak yang tersedia berjajar, tong sampah
di setiap gazebo, serta gerobak angkringan di dekat gerbang masuk. Dengan rerimbunan
pohon yang cukup besar (daerah kotabaru didominasi bangunan Belanda dengan
hehijauan yang cukup banyak) tidak heran tempat ini selalu ramai dikunjungi,
khususnya oleh mahasiswa.
Tampak depan dan halaman parkir motor (mobil di luar gerbang) |
Area gazebo yang teduh |
Sambil menunggu dijemput, kami berdua pun masuk kembali ke
perpustakaan. Saya meminta Aksa menemani saya melihat-lihat buku umum di lantai
satu (walaupun saya juga ingin kembali ke lantai dua untuk menikmati majalah
edisi terbaru, mulai dari Femina, Ayahbunda, hingga Intisari favorit saya). Namun
Aksa yang gemar bertanya dan memanggil saya dengan suara nyaring jadi membuat
saya tidak enak dengan pengunjung lain, hehe... Kalau ibunya mau menikmati
perpustakaan, tampaknya anak harus dihandle ayahnya atau eyangnya ya...
Setelah dua jam di perpustakaan, saya dan Aksa pun pulang
dengan senang. Cukup banyak buku yang saya bacakan untuknya tadi, hingga
sinyal-sinyal bosan muncul. Lumayan, hari ini mengalihkannya dari gadget barang
dua jam. Semoga bisa datang sebulan sekali, agar bisa jadi rutinitas namun
tidak membosankan.
suasana puskot ngangenin bgt mba.. udah banyak berubah ya layanan anaknya. aku paling suka duduk di gazebo, adem dan jalanan disana ga riuh :)
ReplyDeleteSemalem aja jam 8 lewat Perpuskot, orang2 masih pada betah di gazebo padahal lagi ujan lho hehe
Delete