Dulu sekali, adik saya sempat menyarankan untuk membuka toko
online. Ia mengajukan ide ini karena melihat saya sempat bosan di rumah (dan
tidak punya penghasilan, hehe). Saya merasa membuka usaha is not my thing. Bukannya saya tidak mau mencoba, karena saat
kuliah saya pernah mencoba menitipkan makanan ringan di kantin dan warung
sekadar untuk tahu bagaimana rasanya. Waktu SD pun beberapa kali saya menjual
gambar-gambar Sailormoon yang sudah saya warnai dan laminating. Dari semua
pengalaman itu, saya menyimpulkan bahwa saya tidak bakat berdagang. Selain malas merayu orang untuk
membeli barang kita, saya tidak enak menagih utang kalau ada yang belum lunas.
Jadi dengan alasan “bukan passion saya”, saya pun tidak membuka bisnis apapun.
Kemudian,
lebaran dua tahun lalu sahabat saya masa kuliah menawarkan buku dagangannya ke
saya. Sebagai pecinta buku, saya jadi lapar mata. Soalnya, buku yang dia jual
buku second untuk anak dan terbitan
asing. So, harganya ramah di kantong lah. Dia pun menawarkan saya untuk menjualkan
bukunya meskipun kami berbeda kota. Saya pikir, kenapa tidak. Soalnya saya
tidak harus merayu orang (haha) untuk membeli, hanya modal mengganti foto DP di
Blackberry saja. Tapi sebenarnya, alasan yang lebih kuat adalah karena saya
suka buku anak.
Ternyata
beberapa teman tertarik dan membelinya lewat saya. Untungnya hanya beberapa
ribu saja per buku,
tetapi entah mengapa saya merasa sangat senang. Akhirnya saya jadi keterusan
menjualkan buku teman saya itu. Kadang, saya mencoba untuk mencari used books sendiri dan saya jual lagi
walaupun kondisinya tidak
sebagus stok dari teman saya. Tidak apa, saya tetap merasakan semangatnya.
Tidak
terasa, saya sudah menjalani usaha ini hampir dua tahun. Bahkan, saya minta
ijin teman saya tersebut untuk membeli buku sendiri untuk dijual juga. Saya
takut tidak etis untuk menjadi pesaingnya sementara karena ialah saya bisa
tercebur ke bisnis ini, tapi alhamdulillah ia tidak keberatan. Toh stok saya
tidak selalu ada seperti miliknya.
Saya masih
tidak percaya saya konsisten menjalaninya, padahal sejak awal saya yakin saya
bukan tipe pengusaha. Setelah saya pikir-pikir, ternyata jawabannya adalah passion. Saya sangat mencintai buku, dan
buku anak ini masih memenuhi mimpi saya untuk kelak membuat perpustakaan dan
rumah baca. Jadi, kalau ada buku yang tidak laku, saya jadikan koleksi pribadi
sehingga dalam bisnis ini saya tidak pernah rugi, insya Alloh. Di sisi lain,
saya termasuk pecinta reused and recycled
things. Apapun yang ramah lingkungan, saya support. Termasuk buku bekas ini.
Saat saya
membaca satu per satu buku yang akan saya jual, saya masih takjub mengapa
pengarang buku anak di sana (English
speaking countries) bisa membuat buku yang sederhana, kata-kata yang mudah
dicerna, mengena, dan sesuai usia. Tentu saja saya bersyukur bahwa dunia
penerbitan buku anak di Indonesia sekarang sudah jauh lebih bagus dan menarik
dibanding dulu. Namun, konten buku anak masih banyak yang kurang pas untuk usia
yang menjadi pasar buku tersebut.
Kembali ke
bisnis ini, saya merasa bahwa menjalankan sebuah bisnis itu banyak
pelajarannya. Saya jadi dituntut untuk bisa mencari tahu secara aktif (tidak
ada atasan atau rekan kerja yang memberi tahu), menentukan harga, negosiasi
harga, membuat kesepakatan dengan orang lain, serta membuat kita berpikir kreatif
untuk bisa berbeda dengan kompetitor agar orang tertarik.
Jadi, kalau
ada yang bilang bisnis itu mudah, iya hal tersebut memang mudah. Tetapi jika
ingin serius menekuni bisnis dan menjalankannya sebagai sumber utama
penghasilan, kita harus level up our effort. Jauh lebih susah menjadi
entrepreneur daripada menjadi pegawai karena we do all on our own. Karena itu
saya masih betah menjadi karyawan dan menjalankan bisnis sebagai sampingan,
haha.. Enggak apa-apa lah, hitung-hitung sambil belajar dan saya enjoy menjalaninya.
Saya rasa, semakin banyak teman-teman
yang saya kenal mencoba dunia usaha, meskipun sifatnya hanya reseller alias menjualkan barang orang
lain, meskipun sifatnya on-off alias
jualan kalau sempat saja. Bagi saya, hal tersebut telah menunjukkan bahwa
berjualan bukan lagi hal yang dipandang sebelah mata seperti dulu. Generasi orang
tua saya bisa jadi malu kalau disuruh berjualan, tetapi generasi di bawah saya
malu kalau tidak berjualan, iya enggak? Terlepas dari itu merupakan tren atau
memang keinginan yang bersangkutan, mencoba menjalankan sebuah usaha itu lebih
banyak sisi positifnya so it’s worth to
try. Siapa tahu yang awalnya coba-coba bisa menjadi sesuatu yang
menghasilkan J
Waaaah. Semoga sukses ya Mbak. Kalo jualan apa yang kita suka rasanya memang lebih mudah. Jadi orang dagang kudu jadi Customer Service juga menurut saya. Hehehe.
ReplyDeleteAamiin, thank you Mas Dani..iya bener kita merangkap semua jabatan deh, termasuk CS juga hehe
DeleteKeep the Faith (",)
ReplyDelete