Bye
Kitchen!
Setelah dua
mingguan bebenah dapur, now we’re moving
to the closet…! Enggak closet
doank sih benernya, karena setelah dicermati, yang tercakup dalam bebenah
kategori pakaian itu termasuk juga aksesoris, tas, sepatu, seprai dan
sejawatnya. Huhuu…banyak banget ya. Karena itulah _honestly_ saya belum selesai decluttering kategori ini. But I’m going to answer the questions
anyway.
Lipat ala KonMari. Mencegah pakai baju itu-itu saja. |
Proses decluttering
Saya
memisahkan pakaian yang dipakai sehari-hari dengan yang jarang dipakai (hari
khusus). Alasannya, lemari saya berupa lemari plastik Napoli empat pintu,
sharing dengan suami. Lemari anak berupa laci plastik empat tingkat serta rak
buku kayu Olympic tiga tingkat. So, baju khusus akhirnya saya taruh di storage
box. Apa saja baju khusus itu? Baju kondangan, baju formal non busui (saya
masih proses menyapih), jaket, baju renang. Sisanya adalah sprei, selimut, bed
cover, korden, tas. Merekalah penghuni kontainer plastik. Namun, dua minggu
lalu akhirnya saya membeli gantungan baju single untuk menggantung gamis-gamis
saya. Beberapa kali saya kesulitan mencari pakaian resmi untuk acara keluarga
dan kondangan karena mereka ngumpet di peti. Setelah dikeluarkan pun baunya
apek plastik. Jadi, Alhamdulillah sekarang pakaian licin nan agak luxurious
tersebut bisa bernapas, hehe..
Kalau
sepatu, saya masih simpan dengan boksnya. They’re
not exactly on their original boxes, banyak yang sudah saya kombinasi
khususnya sepatu anak. Satu boks dewasa bisa untuk dua pasang sepatu si bungsu.
Total, saya hanya punya rak sepatu plastic tiga tingkat, namun saf paling atas
tumpuk dua boks plus sepatu yang sering dipakai (tanpa boks).
Tentang
tas, ada dua lokasi, yaitu container dan rak besi. Yang di container rasanya
tidak pernah dipakai, akhirnya kemarin saya jual di preloved group tapi belum
ada yang minat. Yang di rak besi pun demikian, terjual satu saja. Insya Alloh ramadhan
nanti saya sertakan di bakti sosial sekolah anak. Agak kaget juga sih ternyata
saya punya banyak tas, tapi karena alasan sentimental jadi disimpan aja. Banyak
juga tas freebies yang didapat suami dari konferensi pers. Saya sudah memutuskan untuk
hanya menyimpan 40% nya.
Aksesoris?
Hanya satu laci kecil di meja rias. Isi beberapa bros jilbab, jepit rambut,
peniti. Kalau jilbab, sudah direlakan beberapa saja, karena saya hanya punya
satu wadah sepatu gantung bahan plastik yang memuat sekitar 20 jilbab.
Kalau soal
prinsip RASA (Rapi nyAman Sehat Alami) dalam proses decluttering kategori
pakaian, yang paling utama adalah rapinya. Meski cara melipat pakaian saya dan
suami masih tumpuk vertikal, tapi pakaian anak sudah 30% model konmari karena
lemari model laci. Tas di rak besi pun saya jejer rapi. Sepatu di rak juga
rapi. Yang di teras yang kadang masih berantakan karena anak masih belajar
merapikan. Kalau prinsip nyaman dipakai dan sehat, rata-rata setiap pakaian
yang saya beli sudah memenuhi unsur itu sehingga frekuensi pemakaian lebih
banyak dipakai sebagai bahan pertimbangan. Memenuhi unsur alami dan
berkelanjutan, ada dua daster yang saya jadikan korden dapur, kemudian celana
anak yang pinggangnya melar hampir saya buang tapi akhirnya saya putuskan untuk
membetulkan karet pinggang di vermak jeans (karena kalau didonasikan nggak
terlalu pantas, padahal bahannya pewe). Sisa pakaian dalam saya jadikan lap,
namun belum semuanya saya potong. Masih saya letakkan di kardus.
Oh ya, saya
melakukan decluttering tidak dengan cara menumpuk semua di tengah…jadi masih
berdasar lokasi. Alasannya, anak saya masih sering interupsi. Lihat gundukan
pakaian bisa buat berenang ntar, hahah…lagipula, saya bisa cut sewaktu-waktu
anak membutuhkan saya, tanpa harus meninggalkan lokasi pertempuran.
Proses organizing
Semua
pakaian sisa decluttering yang akan didonasikan sudah saya masukkan ke dalam
dua kardus, terlipat baik, hanya saja kategorinya masih tercampur antara
pakaian pria wanita anak. Batasan waktu donasi adalah hari ke 10 ramadhan.
Dilema seorang pelanggan laundry ;p |
Label storage box hasil kolaborasi dengan anak |
Pakaian
yang masih digunakan saya simpan seperti cerita di atas. Kemudian seprai yang
sering digunakan saya letakkan di container tanpa tutup karena sering sekali
ganti. Selimut saya masukkan plastik ex laundry
dan saya letakkan di storage box
karton berlapis kain serta di kontainer plastik.
Oh ya,
karena saya hanya mencuci pakaian anak bungsu saya dan sisanya masuk laundry,
saya punya tugas tambahan saat memasukkan pakaian ke lemari, yaitu menyesuaikan
lebar lipatan pakaian. Laundry nya agak labil, kadang lipatannya standar,
kadang super lebar…jadinya, saya sering melipat ulang. Tapi kalau lebar sekali,
saya lipat dua. Takes time banget
kalo semua dibongkar. Tapi kalau nggak sempet banget, saya tumpuk apa adanya
walau jadi nggak lurus rapi. Yang penting nggak lecek.
Yasss!
Selesai sudah cerita declutteringnya. Yang belum selesai malah prosesnya,
hahaha.. Mari kita lanjutkan pilah pilihnya ya.
P.S: Post ini adalah bagian dari tugas kelas online Gemari Pratama
0 komentar:
Post a Comment