Sunday, May 5, 2019

Bebenah Pakaian, Begini Praktiknya!


Bye Kitchen!

Setelah dua mingguan bebenah dapur, now we’re moving to the closet…! Enggak closet doank sih benernya, karena setelah dicermati, yang tercakup dalam bebenah kategori pakaian itu termasuk juga aksesoris, tas, sepatu, seprai dan sejawatnya. Huhuu…banyak banget ya. Karena itulah _honestly_ saya belum selesai decluttering kategori ini. But I’m going to answer the questions anyway.

Lipat ala KonMari. Mencegah pakai baju itu-itu saja.
Proses decluttering
Saya memisahkan pakaian yang dipakai sehari-hari dengan yang jarang dipakai (hari khusus). Alasannya, lemari saya berupa lemari plastik Napoli empat pintu, sharing dengan suami. Lemari anak berupa laci plastik empat tingkat serta rak buku kayu Olympic tiga tingkat. So, baju khusus akhirnya saya taruh di storage box. Apa saja baju khusus itu? Baju kondangan, baju formal non busui (saya masih proses menyapih), jaket, baju renang. Sisanya adalah sprei, selimut, bed cover, korden, tas. Merekalah penghuni kontainer plastik. Namun, dua minggu lalu akhirnya saya membeli gantungan baju single untuk menggantung gamis-gamis saya. Beberapa kali saya kesulitan mencari pakaian resmi untuk acara keluarga dan kondangan karena mereka ngumpet di peti. Setelah dikeluarkan pun baunya apek plastik. Jadi, Alhamdulillah sekarang pakaian licin nan agak luxurious tersebut bisa bernapas, hehe..

Kalau sepatu, saya masih simpan dengan boksnya. They’re not exactly on their original boxes, banyak yang sudah saya kombinasi khususnya sepatu anak. Satu boks dewasa bisa untuk dua pasang sepatu si bungsu. Total, saya hanya punya rak sepatu plastic tiga tingkat, namun saf paling atas tumpuk dua boks plus sepatu yang sering dipakai (tanpa boks).

Tentang tas, ada dua lokasi, yaitu container dan rak besi. Yang di container rasanya tidak pernah dipakai, akhirnya kemarin saya jual di preloved group tapi belum ada yang minat. Yang di rak besi pun demikian, terjual satu saja. Insya Alloh ramadhan nanti saya sertakan di bakti sosial sekolah anak. Agak kaget juga sih ternyata saya punya banyak tas, tapi karena alasan sentimental jadi disimpan aja. Banyak juga tas freebies yang didapat suami dari konferensi pers. Saya sudah memutuskan untuk hanya menyimpan 40% nya.

Aksesoris? Hanya satu laci kecil di meja rias. Isi beberapa bros jilbab, jepit rambut, peniti. Kalau jilbab, sudah direlakan beberapa saja, karena saya hanya punya satu wadah sepatu gantung bahan plastik yang memuat sekitar 20 jilbab.

Kalau soal prinsip RASA (Rapi nyAman Sehat Alami) dalam proses decluttering kategori pakaian, yang paling utama adalah rapinya. Meski cara melipat pakaian saya dan suami masih tumpuk vertikal, tapi pakaian anak sudah 30% model konmari karena lemari model laci. Tas di rak besi pun saya jejer rapi. Sepatu di rak juga rapi. Yang di teras yang kadang masih berantakan karena anak masih belajar merapikan. Kalau prinsip nyaman dipakai dan sehat, rata-rata setiap pakaian yang saya beli sudah memenuhi unsur itu sehingga frekuensi pemakaian lebih banyak dipakai sebagai bahan pertimbangan. Memenuhi unsur alami dan berkelanjutan, ada dua daster yang saya jadikan korden dapur, kemudian celana anak yang pinggangnya melar hampir saya buang tapi akhirnya saya putuskan untuk membetulkan karet pinggang di vermak jeans (karena kalau didonasikan nggak terlalu pantas, padahal bahannya pewe). Sisa pakaian dalam saya jadikan lap, namun belum semuanya saya potong. Masih saya letakkan di kardus.

Oh ya, saya melakukan decluttering tidak dengan cara menumpuk semua di tengah…jadi masih berdasar lokasi. Alasannya, anak saya masih sering interupsi. Lihat gundukan pakaian bisa buat berenang ntar, hahah…lagipula, saya bisa cut sewaktu-waktu anak membutuhkan saya, tanpa harus meninggalkan lokasi pertempuran.

Proses organizing
Semua pakaian sisa decluttering yang akan didonasikan sudah saya masukkan ke dalam dua kardus, terlipat baik, hanya saja kategorinya masih tercampur antara pakaian pria wanita anak. Batasan waktu donasi adalah hari ke 10 ramadhan.

Dilema seorang pelanggan laundry ;p

Label storage box hasil kolaborasi dengan anak
Pakaian yang masih digunakan saya simpan seperti cerita di atas. Kemudian seprai yang sering digunakan saya letakkan di container tanpa tutup karena sering sekali ganti. Selimut saya masukkan plastik ex laundry dan saya letakkan di storage box karton berlapis kain serta di kontainer plastik.
Oh ya, karena saya hanya mencuci pakaian anak bungsu saya dan sisanya masuk laundry, saya punya tugas tambahan saat memasukkan pakaian ke lemari, yaitu menyesuaikan lebar lipatan pakaian. Laundry nya agak labil, kadang lipatannya standar, kadang super lebar…jadinya, saya sering melipat ulang. Tapi kalau lebar sekali, saya lipat dua. Takes time banget kalo semua dibongkar. Tapi kalau nggak sempet banget, saya tumpuk apa adanya walau jadi nggak lurus rapi. Yang penting nggak lecek.

Yasss! Selesai sudah cerita declutteringnya. Yang belum selesai malah prosesnya, hahaha.. Mari kita lanjutkan pilah pilihnya ya.


P.S: Post ini adalah bagian dari tugas kelas online Gemari Pratama

0 komentar:

Post a Comment