“Wong Jowo kok ra iso
boso Jowo…” (orang Jawa kok tidak bisa
bahasa Jawa)
Begitulah komentar Eyang suami saya ketika saya pertama kali
menjadi bagian dari keluarga mereka. Malu juga rasanya ditegur begitu walau
sebetulnya saya bisa berbahasa Jawa tapi kurang lancar. Saya bisa memahami
artinya, tetapi kalau harus bicara dengan yang lebih tua mendadak gagap..karena
nervous, haha..Dalam bahasa Jawa,
bicara dengan orang yang lebih tua bahasanya berbeda dengan yang seusia, dan
vocab saya untuk ini sangat terbatas :p
Maklum, orang tua saya tidak membiasakan saya untuk
berbahasa Jawa sejak kecil, sehingga saya pun bisa berbahasa Jawa karena
mendengar bapak ibu saya berbicara satu sama lain, mendengar teman di sekolah,
hingga pada usia SMA saya bisa cukup lancar berbahasa Jawa. Selain itu, generasi
saya menggunakan kurikulum 1994 dimana bahasa daerah diajarkan hingga level
SMP. Sekarang, tampaknya muatan lokal bahasa daerah hanya diajarkan di SD.
Sebagai orang tua, saya cukup prihatin dengan keadaan ini.
Sekarang saya ingin membiasakan anak saya berbahasa Jawa jadi bingung, saya
saja tidak fasih.. Belum lagi kebutuhan penguasaan bahasa Inggris sejak usia
dini yang membuat saya galau, bahasa apa yang harus saya gunakan untuk
berkomunikasi dengan anak saya? Para keponakan yang lahir di Jakarta atau Jawa
Barat sudah tidak memiliki logat jawa sama sekali, apalagi bisa berbicara
bahasa Jawa! Bahasa Inggris mereka? Sudah pasti lebih lancar.
Sewaktu saya menikah dulu, untuk menyewa jasa MC dalam
bahasa Jawa tarifnya satu juta rupiah sekali datang, karena sekarang hal
tersebut merupakan skill yang langka.
Menjelang lamaran saya , bapak bela-belain
membeli buku panduan melamar dalam bahasa Jawa halus. Ternyata beliau tidak
pede walau sebenarnya bisa, haha.. Jadi, saya makin yakin bahwa penguasaan
bahasa daerah itu penting sekali diajarkan sejak dini.
Saya juga masih ingin anak saya merasa bangga akan
kebudayaan daerahnya, yang lebih dari sekadar memakai batik. Kalau kita
termasuk orang perantauan, lantas bertemu dengan orang dari daerah asal dan
bisa bercakap-cakap dalam bahasa daerah, rasanya senang bukan? Belum lagi kalau
anda di luar negeri, dan bisa menjawab dengan lancar pertanyaan tentang budaya
kita, bangga bukan? I want my son to feel
that, too.
Lantas, bagaimana solusinya?
Saya tetap menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan
sehari-hari dengan anak saya (22mo). Entah mengapa saya dan suami belum
terdorong untuk disiplin mengajarkan bahasa lain pada usia ini. Ibu saya
menyarankan untuk menyelipkan kosakata sederhana seperti “dalem” (untuk
menjawab panggilan), “nyuwun” (minta), atau “mboten pareng” (tidak boleh) jika
saya memang ingin Aksa mengenal bahasa daerah. Saran ibu belum saya lakukan, apalagi
menurut www.ibudanbalita.com kita bisa mengajarkan multi bahasa kepada anak asalkan
tidak mencampur 2 bahasa dalam 1 kalimat.
Sementara itu, bahasa Inggris sama sekali belum saya ajarkan
meskipun banyak teman yang sudah mulai mengajarkan kosakata bahasa Inggris pada
batita mereka. Pertimbangannya, exposure
bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari baik melalui gadget, televisi, buku,
ataupun sekolah akan lebih banyak daripada bahasa Jawa. My child will learn it sooner or later. Sehingga, effort orangtua dalam penguasaan bahasa
daerah akan lebih challenging. Selain
itu, dari babycentre.co.uk saya juga tahu bahwa waktu terbaik untuk belajar
bahasa lain ada tiga, yaitu 0-3 tahun, 4-7 tahun, dan 8 tahun sampai pubertas.
Setelah masa puber, bahasa baru akan disimpan di area terpisah di otak yang
akhirnya membuat kita harus menerjemahkan bahasa baru tersebut ke dalam bahasa
asli kita terlebih dahulu. So, untuk saat ini saya tidak perlu terburu-buru
tampaknya :)
Semoga saja anak saya kelak tidak bingung, karena kami
berdomisili di Jawa Barat. Ketika ia sekolah kelak, muatan lokalnya adalah
bahasa Sunda, haha.. Tidak apa-apa, otak anak katanya mampu menyerap informasi
bagaikan spons, so just make sure we
provide all they need to develop their communication skill :)
Sama Mba, anakku jg ga bisa basa Jawa karna blm ta ajaru dan lingkungan tempat tinggal kami yang tidak mendukung.. pdhl eyangY udah cerewetin saya bwt ngajarin ai kecil basa Jawa
ReplyDeletetantangan kita ya, Mbak Erma..kalau ntar udah berhasil ngajarin, kasitau aku ya Mbak, hehe
DeleteKalau saya udh mulai lupa yg krama lugu mbak..malunya itu klo diajak ngomong pakde atau paklik d jawa saya pke bhs campuran krn klw boso takut salah2. Saya dr kecil smpe llus SMP d Tulungagung. SMA smpe skrg d kalsel, Tarjun. Ortu d rmh jrg pake bhs jawa. Kdg2 aja. Jd pgn beli pepak boso Jowo haha
ReplyDeletepgnnya klo sdh menikah n punya anak nanti jg diajarin bhs daerah..
Ya ampun, Pepak Basa Jawa...! Masih inget banget... Masih ada yang jual kan ya skrg? Kalo gitu sebaiknya mulailah berlatih bahasa Jawa dari sekarang mbak, ntar kalo udah punya anak biar ga bingung lagi hihi
Delete