Saya
tidak mempunyai banyak benda berharga, surat-surat penting, termasuk perhiasan
yang nilainya membuat saya harus memasukkan mereka ke brankas atau safe deposit box di bank. Tepatnya,
belum punya (insya Alloh someday yaa)
Orang tua saya pun tidak memiliki pengamanan ekstra, dan alhamdulillah tidak
pernah kecurian. Namun, ada salah seorang pakde yang memiliki kebiasaan
tersebut. Usahanya melindungi barang berharga beliau bisa dikatakan lumayan lah
untuk ukuran keluarga kami.
Suatu
hari, Pakde berkunjung ke rumah ibu mertua untuk mengambil sertifikat tanah.
Ibu pun mengambilnya dari sebuah tas yang diletakkan di salah satu sudut ruang
keluarga. Pakde pun terperanjat. Ia tidak menyangka ibu begitu carelessnya meletakkan sertifikat
sembarangan. Ibu sih santai saja, karena memang selama ini tidak ada masalah
dengan hal tersebut.
Untuk
meyakinkan Ibu, Pakde bercerita bahwa ia membeli sebuah brankas untuk menyimpan
barang berharga miliknya. Saat beliau ke luar kota, istrinya ingin mengambil
sesuatu di dalam brankas tersebut. Karena kombinasi yang dimasukkan salah, Bude
pun mencoba lagi tapi gagal. Tampaknya Bude pantang menyerah, hingga akhirnya
kunci brankas pun rusak! Pakde pun hanya bisa menyeka dahi ketika dikabari
bahwa kotak pusakanya tidak bisa dibuka, haha..
Ibu
pun tidak mau kalah menceritakan betapa “amannya” rumah beliau. Saat suami
masih SD, rumah Ibu baru saja selesai dibangun. Kanan kiri rumah masih kosong,
hanya ada dua rumah tetangga. Bisa diduga, daerah tersebut pun menjadi
langganan maling. Kali pertama, pintu ruang tamu sempat dicongkel maling, namun
tidak ada barang yang hilang maupun berantakan. Seolah, maling tersebut hanya
membuka pintu dan membatalkan niatnya (atau mungkin ilfil karena isinya tidak seindah harapan hehe)
Kali
kedua, saat ditinggal mudik ke Jawa Timur, rumah kembali disatroni maling.
Laci-laci dan lemari pun berantakan seperti habis diacak-acak. Persediaan obat
milik ibu yang seorang bidan pun berhamburan, begitu juga lemari pakaian.
Namun, tidak ada barang berharga yang hilang. Kalau dipikir-pikir, masa
malingnya pergi begitu saja setelah semua usahanya mencongkel dan menghabiskan
waktu “melihat-lihat” rumah? Akhirnya, keluarga suami pun menemukan benda yang
hilang: sepatu keds sekolah suami yang masih baru! Mungkin, pencurinya
berpikir, daripada pulang dengan tangan hampa, sepatu pun tidak apa-apa,
hahaha..
Masih
ada lagi. Kali ini kejadiannya di rumah mertua yang lama. Sekitar tengah malam,
Bapak sedang solat di ruang tengah. Beliau seperti melihat ada orang yang
melintas dari pintu loteng, kemudian berjalan melewati beliau, lalu keluar
melalui pintu ruang tamu. Bapak mengira orang itu adalah pembantu. Setelah
beliau selesai solat, baru tahulah bahwa yang melintas tadi adalah calon maling
karena kunci satu gerendel digondol maling semua. Diduga, maling masuk melalui
loteng. Yang menjadi misteri adalah, kenapa malingnya urung mencuri padahal Bapak
tidak membatalkan solat. Mungkin saja, ia sadar bahwa waktu eksplorasi terbatas
kali yaa..
Meskipun
demikian, ibu mertua tetap percaya diri untuk tidak memiliki brankas seperti
Pakde. Saya sih setuju saja, walaupun rumah mertua terbilang besar dengan
halaman luas, pagar depan selalu terbuka (karena untuk mengantisipasi pasien
yang butuh bantuan mendadak), serta hanya dihuni Bapak, Ibu, serta seorang
pramurukti. Alasannya sederhana, rumah beliau penuh dengan rak besar dengan
perabot tahun 90-an.
Dengan
jujur saya ungkapkan ke ibu mertua, “Pencuri kalau masuk sini bingung mulai
dari mana Bu, lemarinya banyak banget tapi isinya semua kertas sama pecah
belah”. Kebetulan, Ibu memang tipe ibu RT yang selalu sedia piranti pertemuan
warga, sementara bapak adalah dosen yang “harta”nya tidak lain adalah buku dan
karya tulis beliau.
Bagaimana
dengan saya dan suami? Ternyata aliran santai orangtua kami pun mengalir dalam
darah kami. Walaupun di daerah tempat tinggal kami rawan pencurian kendaraan
bermotor, kami santai saja meletakkan motor di carport. Saat baru saja pindah, beberapa tetangga berusaha
mengingatkan agar motor kalau malam dimasukkan ke dalam rumah. Dari yang berupa
saran, teguran, sampai peringatan ketua RT! Akhirnya kami pun membeli fiber untuk menutup pagar agar bagian
dalam rumah tidak langsung terlihat dari luar. Jadi, saat motor kami di luar,
tidak ada lagi yang mengingatkan, hehe..
Meskipun
demikian, suatu hari sepulang dari pergi, saya kaget bukan kepalang. Pintu
pagar yang kecil terbuka lebar! Padahal saya yakin sekali sudah saya gembok. Kaki
saya pun mendadak lemas, bagaimana jika motor saya hilang? Dengan jantung
berdegup tak karuan, saya melangkah menuju pagar dan mendapati bahwa saya
kurang teliti ketika mengunci pagar karena gembok hanya tersangkut ke satu sisi
pagar. Motor saya? Alhamdulillah masih ada. Fiuhh..
Sejak
saat itu, saya selalu memastikan pagar terkunci ketika pergi. Mmm, tapi motor
saya…tetap tidak dimasukkan ke rumah kalau pergi, hehe..Kan sudah digembok..
Tapi namanya juga maling ya, tetap saja mencari kesempatan dan ketersediaan
barang. Ada satu benda yang sempat dicuri dan itu terjadi untuk dua kali!
Rasanya dongkol sekali, kok bisa kecurian lebih dari sekali. Padahal, benda itu
hanyalah sebuah tutup tong sampah plastik..! Letaknya jelas di luar rumah.
Sempat terpikir untuk memasukkannya ke halaman tetapi saya urungkan niat tersebut
karena kuatir anak saya yang masih balita “mengeksplorasi” tong tersebut.
Akhirnya
tong tersebut tetap berada di tempatnya semula. Saya hanya bisa mendoakan
pencurinya dibukakan pintu rejeki oleh Yang Kuasa sehingga tidak lagi mencuri
tutup tong sampah. Oya, dalam pencurian yang kedua ini pencurinya sedikit
berbaik hati, karena tutup tong sampah saya ditukar dengan tutup tong sampah
lain yang sudah rusak, haha.. Setidaknya, saya tidak perlu repot mencari
triplek untuk mencegah tong kemasukan air hujan. Fiuh..
Kalau soal kemalingan, saat di rumah yang sblm ini beberapa kali Mbak kena. Sakitnya tuh kakak saya yang kena.
ReplyDeleteBaru saja beli (baca: cicil) TV LCD. Eh dimaling. Bahkan pernah kasur pun kena.
Febriyanlukito.com
Kalo udah gitu cuma bisa berusaha ikhlas ya Mas ..*sigh*
DeletePernah satu malam suami lupa nguci pintu rumah, masih terbuka lebar sampai jam 2 subuh & pagar belum dikunci, pintu loteng atas juga terbuka lebar :( Alhamdulillah ga ada yang masuk atau ilang tapi bener2 serem karena banyak kejadian sekitar rumah yg kemalingan..
ReplyDeleteAlhamdulillah mbak, rejeki kita itu berarti...tp saya yg malah habis kemalingan sepeda gunung nih, hiks..pdhl dikunci smua T.T
Delete