Setiap kali selesai membaca buku bagus, pasti saya pengen
review tulisannya di blog. Entah mengapa, selalu saja tidak kesampaian. Kali
ini, saya paksain bikin ala-ala review (karena saya belum pernah bikin review
buku) berbentuk poin-poin aja so it’s
easier to remember.
Awalnya, saya mengira buku Sabtu Bersama Bapak karya Adhitya
Mulya ini berkisah tentang hubungan anak dengan ayahnya. Betul sih, tetapi
ternyata yang saya dapat lebih dari itu. Sebagai seorang anak yang baru saja
berganti peran menjadi istri dan ibu, saya juga mendapat pelajaran mengenai
bagaimana berumah tangga seperti how to
raise kids, menjaga keharmonisan dengan pasangan, sampai pentingnya memiliki financial plan yang matang. Untuk yang sedang mencari jodoh atau
berencana menikah, buku ini juga relevan untuk dibaca.
Gak nyangka ya? Ketika baca ringkasannya di cover belakang, sudut-sudut
mata saya langsung berair, hehe (makanya saya beberapa kali batal beli, takut
mewek). Beberapa bab pertama memang sukses membuat saya nangis, tetapi selanjutnya
saya juga dibuat tertawa oleh tingkah kocak sang anak.
Okay, so here’s the
lessons I learned from the book:
1.
Ketika seorang lelaki meminta pasangannya untuk
menikah, itu berarti ia meminta sang perempuan untuk percaya padanya dan
memindahkan bakti perempuan itu dari orang tua ke dirinya. Karena itu, sang
lelaki harus bisa memenuhi kewajibannya sebagai suami, lahir batin. Jika batin
“siap melindungi”, maka wujudnya adalah punya atap yang dapat yang dapat
melindungi istri dari panas dan hujan, meski itu mengontrak. Jika batin “siap
menafkahi”, wujudnya adalah punya penghasilan untuk mencukupkan istri dengan
wajar. So, nikah tidak hanya modal berani
doank.
2.
Seorang anak tidak wajib menjadi baik atau
pintar hanya karena dia sulung. Jaman dahulu, anak sulung menjadi sangat dewasa
karena kondisi, dengan adik 7 orang misalnya. Sekarang, semua anak wajib
menjadi baik dan pintar. Jika ingin memotivasi si sulung, gunakan kata yang
positif, seperti: “Kakak, coba ajarin adiknya.Soalnya kalau sama Mama, adik gak
mau denger. Dia maunya dengerin Kakak. He thinks you’re smart.” So, semua anak berhak berkembang tanpa
beban.
3.
Semakin kita tua, kita memang semakin tidak
menarik. Karena itu, kita dan pasangan wajib berolahraga. Memakai pakaian yang
enak dilihat, berperilaku menyenangkan, akan turut mempengaruhi tingkat kemenarikan
kita di mata pasangan. Sesungguhnya, suami harus bisa menjadi perhiasan yang
menyenangkan bagi istrinya, vice versa. So,
a little workout might give a big difference to your marriage J
4.
Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang
yang solid, sama-sama kuat. Bukan yang saling mengisi kelemahan. Karena untuk
menjadi kuat, adalah tanggung jawab masing-masing orang, bukan tanggung jawab
orang lain. Misal, A tidak kuat agamanya, lantas cari pacar yang kuat agamanya.
Maka, pernikahan mereka akan habis waktunya dengan si kuat melengkapi yang
lemah. Padahal, setiap orang wajib menguatkan agama terlepas dari siapa pun
jodohnya. Find someone complimentary, not
supplementary.
Alhamdulillah...akhirnya
saya bisa juga sharing tentang isi
buku. Sepertinya ini bukan review ya,
hehe..soalnya nggak ada tulisan yang menceritakan isi buku beserta tokohnya. At least, I contribute to transfer the
message J
1.
SBB memang bagus Mbak. Walau berbeda dari yang saya harapkan.
ReplyDeleteIya mas, bayangan saya juga beda..trnyt kata "bersama bapak" itu bisa menimbulkan banyak persepsi ya
DeleteIya mbak. Bener banget. Judulnya bikin pikiran melayang ke yang lain ya.
DeleteUdah lama pengen beli buku ini, tapi masih maju mundur. Padahal udah banyak baca reviewnya. Kayanya emang harus beli. Makasih reviewnya Kak. :D
ReplyDeleteAyuk beliii...
DeleteSama2 :)
Sangat rekomen untuk dibeli dan dibaca kok. Jangan kayak saya. Beli buku bacanya gak tahu kapan. Hahaha
Delete