Saya belum pernah ke Jepang, tetapi akhir bulan lalu saya
benar-benar merasa ada di Jepang. Dalam studi banding tersebut, saya dan rekan
kerja berkunjung ke sebuah taman kanak-kanak bernama OISCA. Sekolah ini
merupakan bagian dari salan satu organisasi nirlaba di Jepang yang bernama
sama, dan bergerak di bidang lingkungan dan pertanian.
Sekolah ini baru berdiri dua tahun lalu di Indonesia dengan
mengontrak sebuah bangunan di Menteng. Ukurannya tidak begitu besar, hanya
terdiri dari tiga ruang kelas untuk siswa playgroup sampai TK besar yang
seluruhnya berjumlah 50 anak. Oya, anak-anak yang bersekolah di sini adalah
warga negara Jepang yang orang tuanya bekerja di Indonesia. Gurunya pun
sebagian besar merupakan voluntir OISCA dari Jepang yang bersedia tinggal dan
mengajar di Indonesia.
Saat turun dari minibus, saya langsung melihat perosotan
yang besar sekali berbentuk gajah. Sungguh lucu! Di halaman parkir itu pula ada
sebuah kolam renang yang dibawa jauh-jauh dari Jepang beserta dua tank
penyaring air alias filter sehingga air yang dipakai berenang memiliki tingkat
pH yang seimbang dan berefek menyegarkan. Di lahan terbatas tersebut pula,
terdapat sepetak kebun yang ditanami jagung, tomat, wortel oleh murid-murid
OISCA sendiri, serta bukit dan sungai buatan, bangku dari pohon tua yang tumbuh
di lahan tersebut, serta ayunan yang menggantung di dahan pohon. It is so cool that this green area is
surrounded by tall buildings, yang membuat saya berpikir bahwa menghijaukan
lingkungan kita tidak membutuhkan lahan yang super luas –asal kita mau.
Sungai buatan dan mini garden |
Tanaman wortel |
Oke, yang lebih cool
lagi menurut saya adalah what happened
inside. Ketika kami diijinkan masuk ke dalam gedung sekolah (yang lebih
menyerupai rumah tinggal yang disulap menjadi kelas-kelas), pemandangan yang
kami lihat adalah anak-anak balita yang sedang bermain di dalam ruangan, dimana
sebagian besar dari mereka sedang “berolahraga”. Jadi, ibu guru membantu setiap
murid untuk berputar (rolling) di
atas sejenis monkey bar setinggi
pinggang dewasa sementara sisanya melompati kuda-kuda alias horse bench (yang ini mengingatkan saya
pada komik Jepang). Ketika setiap anak ingin melompati kuda-kuda, mereka pun
tanpa diminta membuat antrian..! I was
soooo amazed.. Melihat anak-anak 5 tahunan mengantri secara otomatis itu
menurut saya sesuatu banget, banget. Alhamdulillah kelas playgroup saya sudah
bisa mengantri cuci tangan tanpa diingatkan, tetapi masih ada beberapa anak
yang kadang lupa, hehe.. It’s a process
J
Monkey bar dan horse bench yang saya maksud |
Buku absensi supercute dengan kantong tempat buku di background |
Jadi, menurut Pak Dicky yang juga salah satu pemilik sekolah
ini, aktivitas pagi hari memang berupa olahraga plus free play selama satu jam, setelah sebelumnya berbaris rapi dan
berdoa bersama. Ada benarnya juga sih karena dengan puas bergerak dulu,
anak-anak bisa menyalurkan energinya dan setelah itu bisa beraktivitas di kelas
dengan lebih tenang. When time’s up, they
cleaned up really fast. Kebetulan saat itu saya sedang masuk ke salah satu
kelas, dan beberapa murid menunjukkan pada saya buku absensi mereka yang berupa
stiker-stiker lucu. I didn’t understand
their language but I could feel their enthusiasm. Begitu saya keluar kelas,
area bermain yang tadinya penuh alat sudah sangat rapi, tanpa saya mendengar
suara guru yang berteriak ataupun membujuk, meminta anak untuk tidy up. Hmmm...
Rak sepatu kolom atas untuk sandal dalam ruangan, kolom bawah untuk sepatu |
Acara berikutnya adalah materi di kelas. Kami berkesempatan
melihat salah satu kelas TK selama 15 menit. Semua murid duduk di lantai,
mengikuti guru mereka yang bernyanyi sembari duduk di kursi. Setelah selesai
satu lagu, sang guru pun mengambil posisi di belakang keyboard dan mulai
memainkan intro sebuah lagu. Serentak, anak-anak tersebut berdiri dalam barisan
dan mulai bernyanyi. Ketika saya bilang serentak itu benar-benar serentak dalam
arti sebenarnya ya, tanpa ada yang masih duduk, atau malah berlari ke sudut
lain, maupun bercanda dengan teman. Saya dan rekan-rekan masih penasaran, guru-guru
di sini effortlessly meminta anak
melakukan sesuatu. Anak-anak pun rapi, teratur, dan disiplin tanpa terlihat
seperti robot. Wajah mereka tetap ceria. Apakah di rumah anak-anak tersebut
juga sepatuh itu terhadap orangtuanya ya? Hehe..
(to be continued)
Wuah kerenn... Bisa membayangkan bagaimana disiplin yang diajarkan di sana... Khusus untuk anak-anak Jepang ya di sini?
ReplyDeleteIya mas, cuma ada satu anak blasteran Jepang-Indo, sisanya asli Jepang :)
Delete