Masih tentang kunjungan saya ke OISCA Kindergarten..
Selain disiplin dan keteraturan yang saya kagumi dari
anak-anak Jepang tersebut, pemilik sekolah juga sedikit banyak menceritakan
tentang konsep pendidikan di sana. Pertama, manusia berasal dari tanah dan
nantinya akan kembali ke tanah juga. Sehingga, mereka diajak untuk berinteraksi
sedekat mungkin dengan alam. Wujud konkritnya seperti belajar menanam tanaman
sendiri (di kebun mereka terdapat jagung, wortel, dan...padi!), memberi makan
kambing (yang dilepas begitu saja dengan gembala yang berdiri beberapa meter di
belakang kambing), berenang seminggu tiga kali (yeayyy, really like this!),
serta pantang menyisakan makanan.
Untuk usia TK (4-6 tahun) saya rasa wajar mulai mendidik
untuk menghabiskan makanan, tetapi usia playgroup yang 3 tahunan, saya sendiri
di kelas merasa kesulitan plus tidak tega. Menurut Pak Dicky, anak-anak
dipahamkan sejak awal untuk menghargai makanan karena “makanan ini pemberian
Tuhan dan orangtua sudah susah-susah memasaknya, jadi kita harus menghargai”.
So, sampai sekarang anak-anak selalu menghabiskan makanan. Kalau dipikir-pikir,
mungkin ada faktor pendukung juga seperti orangtua harus menyesuaikan porsi
anak dan lunch time yang dilakukan bersama-sama satu sekolahan, sehingga anak yang
lebih muda mencontoh anak yang lebih tua.
Display di dinding yang dominan gambar dan hiasan |
Loker siswa yang detil: ada peg untuk menggantung ransel, untuk tas makan, pakaian ganti, topi, dsb |
Sandbox yang benar-benar bersih (padahal outdoor) dengan tepian kayu yang nyaman untuk duduk |
Konsep ketiga, kemandirian. Delapan puluh persen murid di
sana menggunakan mobil antar jemput, termasuk murid playgroup sekalipun. Tidak
boleh ada baby sitter ataupun keluarga yang menunggui bahkan di awal tahu
ajaran. Wuih, ketat juga ya peraturannya. Kalau saya jadi wali murid, sudah
pasti saya nangis bombai melihat anak saya menangis naik mobil jemputan, haha..
Katanya sih, biasanya anak-anak membutuhkan seminggu untuk akhirnya bisa berani
ke sekolah sendiri. Begitu juga ketika makan, rata-rata anak yang belum bisa
makan hanya perlu dibantu selama seminggu dan setelah itu bisa makan sendiri.
Kalau makanannya berceceran? Ya dibersihkan sendiri. Tersedia lap kotor untuk
masing-masing anak, dan lap tersebut digantung rapi layaknya lap cuci tangan.
Hanger untuk handuk cuci tangan |
Oya, saat saya berkunjung ke sana, kebetulan ada jadwal
berenang untuk kelas TK B. Mereka pun bisa memakai baju renang sendiri dan
memakai handuk sendiri, tanpa bantuan. Guru yang mengajar pun hanya satu. Bagaimana
cara mereka bilas? Beramai-ramai mereka disemprot pakai selang oleh pak guru,
saudara-saudara, haha... Sounds cruel?
Not at all if you see it yourself. Setelah itu mereka berjalan ke dalam
sekolah untuk berganti pakaian.
Meskipun saya hanya berada di sana sekitar dua jam, saya
sudah mampu mengambil kesimpulan bagaimana anak-anak di Jepang dididik dan
dibesarkan. Disiplin, mandiri, teratur, dan sangat berpegang pada nilai-nilai
yang mereka anut. Saya juga serasa berada di dalam dorama melihat mereka semua
bercakap-cakap dalam bahasa Jepang dengan segala bahasa tubuh dan kebiasaannya,
hehe.. Yang terakhir, mereka sangat higienis. Kami harus memakai sandal dalam
ruangan saat masuk ke kelas. Sikat gigi mereka pun diletakkan dalam wadah bekas
yakult. Selain memenuhi unsur reuse, yakult juga mengandung bakteri baik.
Masing-masing anak memiliki handuk tangannya sendiri, sehingga meminimalisir
penularan penyakit.
Sandal dalam ruangan yang berjajar rapi |
Area sikat gigi. Kelihatan tidak botol yakultnya? |
Toilet anak berukuran mini. Semua sudah tidak ada yang pakai popok lho.. |
I really hope that one
day, our children can be as discipline as them, without losing our values. As
parents, it is really important that we have the same concept with our kid’s
teachers. It is easier for our child to adopt values that are taught at school
and at home. Misal, kalau di sekolah buang sampah di tempatnya tetapi
keluarganya tidak menerapkan hal yang sama, bisa ditebak kan akhirnya
bagaimana? So, we need to keep learning
and be consistent karena proses mendidik anak itu benar-benar sesuatu yang
terus menerus. Pada akhirnya nanti kita sendiri yang akan merasakan hasilnya.
Iya biasa nya anak orang Jepang di biasa in dari sejak bisa megang makanan duduk suruh makan sendiri ,biasa in naruh sepatu di tempat nya sendiri dari mulai bisa jalan kaki intinya sudah dibiasakan dari dini pasti kita semua bisa
ReplyDeleteBener Mbak...asal konsisten dan kita memberi contoh..
Delete