Seorang anak memberi wortel kepada rusa |
Percaya atau tidak, ini pertama kalinya saya pergi ke Taman
Safari. Iya, di usia saya yang ke 30 tahun ini. Memang sih, saya besar di
Jogja, jadi objek wisata di luar kota menjadi tidak terjamah. Kalaupun iya,
pilihan pasti jatuh ke Dufan dan sejenisnya mengingat Taman Safari lebih cocok
untuk anak-anak. Karena sekarang saya punya anak balita, maka saya mendadak
terobsesi dengan semua objek wisata yang bisa membuat anak saya super happy
berada disana, hehe..
Setelah membulatkan tekad untuk mengunjungi Taman Safari,
(yang artinya menyisihkan budget Rp 150.000 dikali tiga) kami pun memilih hari
Sabtu di awal bulan dan berangkat jam 8.30. Biasanya, kalau mau ke arah Bogor
atau Puncak, jam 9 ke bawah masih aman dari macet. Sayangnya, kami salah
memilih rute melalui kota Bogor dan menghabiskan tiga jam lebih untuk sampai ke
lokasi. Sementara itu, pulangnya kami hanya membutuhkan 1,5 jam melalui jalur
berbeda.
Gerbang masuk jalur safari mobil |
Sampai di Taman Safari, Aksa yang memang sedang gandrung-gandrungnya
dengan segala jenis hewan langsung tidak berkedip memandang patung-patung hewan
di gerbang masuk dan loket, plus berteriak-teriak heboh. Setelah membayar dan
mendapatkan tanda masuk serta brosur merangkap peta, kami pun mulai memasuki
jalur safari/free range wildlife. Jalur ini mengingatkan saya pada film Jurrasic Park, dengan
gerbang kayu dan sungai yang membelah jalan. Mobil pun berjalan pelan, cukup
banyak mobil yang beriringan bersama kami.
Akhirnya, muncullah rusa-rusa yang cantik (they are!) dan
Aksa pun mulai heboh memanggil rusa. Kaca mobil pun kami buka agar bisa melihat
hewan tersebut dengan lebih jelas. Saya melihat mobil-mobil lain menyorongkan
seikat wortel kepada rusa-rusa tersebut. Olala, ternyata deretan penjual wortel
di jalan masuk Taman Safari itu untuk makanan hewan toh, saya hampir saja
membeli untuk dimasak di rumah karena saya kira daerah itu merupakan penghasil
wortel, haha..
Hello boy, can I help you? (Combo hemat 2 ya rusa :p ) |
Sambil menyusuri jalan, kami memicingkan mata untuk melihat
hewan berikutnya karena terkadang mereka berwarna gelap dan sedang tidur atau
berada di balik semak. Gajah, unta, dan jerapah langsung jelas terlihat
sedangkan tapir babi rusa jumlahnya lebih sedikit. Binatang yang disebut
belakangan memang less popular di kalangan anak-anak dan buku cerita, sehingga
ketika anak bertanya itu apa, saya dan suami harus berpikir sejenak (lalu
melihat peta, dan celingukan mencari sign board) baru berkata “Ooooh...itu
tapir!”Ah, andai saja masih jamannya RPAL & Buku Pintar...
Satu hewan yang menurut saya sangat mengesankan adalah zebra.
Baru kali ini saya melihat dengan sangat nyata motif garis di tubuh zebra: luar
biasa mulus, dengan hitam putih yang bold, dan masya Alloh pokoknya..cantikkk
sekali. Oya, salah satu zebra sempat hampir memasukkan moncongnya ke jendela
dan sukses meninggalkan beberapa mili air liur. Aksa yang tadinya pede
meletakkan dagunya di kaca jendela pun sontak mundur, haha.. Si zebra dan
teman-temannya pun melenggang dengan santai di antara mobil-mobil, termasuk
berhenti sejenak hingga suami harus benting setir ke kiri karena sang hewan
tidak kunjung beranjak dari posisinya. Hhhh...
Kami yang menjadi tamu, so kami yang mengalah... |
Mulusss... |
Tampaknya si ayah sedikit takut... |
Memasuki area hewan buas, terlihat cukup banyak papan
peringatan untuk tidak membuka jendela apalagi turun dari mobil. Saya sedikit
penasaran, kenapa setiap sign board
tertulis dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Arab? Biasanya bahasa yang
ketiga adalah bahasa Mandarin. Nanti kita cari tahu ya.
Bahasa Arab di sign board |
Tidak semua hewan buas langsung menampakkan diri, namun
harimau bengal dan beruang merupakan yang langsung terlihat begitu kita
memasuki daerah mereka. They are really
big, dan sama seperti kekaguman saya pada kulit zebra, motif harimau juga
sangat cantik dan seperti tiga dimensi. Mereka sedang bersantai di bangunan
yang menyerupai beranda tetapi sangat teduh karena pepohonannya ekstra banyak.
Sementara itu, puma bertengger di puncak bukit dan tersamar oleh warna alam,
namun masih terlihat walaupun kami berada sekitar 25 meter didepannya.
Kudanil dengan bangga memperlihatkan giginya... |
Sungai jernih yang melintasi jalan |
Menjelang akhir perjalanan, kami disambut oleh sungai yang mengalir melewati
jalan, dengan air yang sangat jernih. Di salah satu aliran air, terdapat seekor
kudanil dengan seorang pawang. Luckily, kami diizinkan mendekatkan mobil dan
melihat si kudanil membuka mulutnya dengan sangat lebar sehingga terlihatlah
giginya yang tumpul dan jarang. Persis seperti di buku.
Finally, we finish the safari and ready for the next part:
amusement park.
Ehm..rusa suka makan wortel juga ya, sama kayak kelinci :D
ReplyDeleteternyata begitu mbak, hehe..
Delete