Sabtu kemarin
menjadi pengalaman pertama bagi Argi, anak kedua saya, berada di udara terbuka
dalam waktu yang cukup lama. Pasalnya, saya harus memperpanjang SIM yang expired kurang dari seminggu lagi. Sehari
sebelumnya, saya ke Jogja City Mall untuk tujuan yang sama. Sayangnya, mereka
hanya melayani pemohon dengan KTP Jogja, sementara KTP saya masih Bogor. Petugas
pun mengarahkan untuk memperpanjang di layanan SIM Keliling karena bisa
melayani semua KTP. Baiklah..
Akhirnya saya,
suami, Aksa dan Argi sampai di bundaran UGM sekitar pukul 9.30. Si bayi dua
bulan ini rada rewel kalau naik mobil, dan sampai di lokasi pun masih rewel. Jadilah
suami yang mengambilkan formulir untuk saya dan kemudian kembali ke mobil untuk
menjaga Argi. Saya dan Aksa menunggu di dekat mobil SIM Keliling sembari….mencari
pinjaman pulpen! Saya benar-benar clueless ya harus isi form semacam itu. Mengacak-acak
bagasi mobil yang ada juga Cuma pensil…alis. Hahah… Alhamdulillah dapat
pinjaman dari seorang ibu walau wajahnya setengah ikhlas LOL
Setelah isi
formulir, saya menunggu di kursi-kursi plastik yang disediakan di trotoar
sampai akhirnya setengah jam kemudian suami dan baby menyusul. Untungnya lokasi mobil SIM parkir lumayan
teduh hingga menjelang pukul 11 jadi tidak terkena terik matahari. Tahap selanjutnya
setelah mengisi formulir adalah menunggu panggilan dari petugas kesehatan yang
berada di dalam pos polisi. Saya mendapat nomor 40 dan saat Argi mulai
digendong keluar nomor antrian baru sampai 23. Bismillah, semoga tidak rewel.
Suasana di trotoar tempat menunggu antrian |
Suami saya
menggendong Argi yang tertidur tanpa gendongan sekitar 45 menit, padahal ia
belum sarapan. Saya tawarkan untuk bergantian ia tidak mau, walau akhirnya mau
juga saat ia sudah benar-benar lapar dan tangannya kebas, hehe.. Akhirnya saya
gendong Argi sementara suami ke mobil untuk makan.
Sekitar jam
10.30 saya mendapat panggilan untuk tes kesehatan. Petugasnya seorang bapak
yang bisa dibilang celelekan alias suka guyon. Saya Cuma ditanyai golongan
darah dan berat badan, serta minus berapa. Lalu saya diminta melihat kartu
angka untuk tes buta warna. Done.
Tahap selanjutnya
adalah menunggu panggilan foto. Ini memakan waktu sekitar satu jam juga karena
entah kenapa petugas sempat menghilang sekitar 15 menit. Ke toilet kali ya.. Sementara itu saya mulai
haus dan lapar (#busui) dan masih menggendong mengayun Argi agar tidak
menangis, soalnya mau nyusuin kok tanggung…takut pas dipanggil. Anaknya juga
masih tidak terlihat kehausan. Saya Cuma agak kuatir ia masuk angin karena
anginnya lumayan semilir. Suami pun akhirnya membawanya masuk mobil dengan
tujuan bisa dibaringkan di kasur plus ngadem. Sayangnya, Argi nangis terus di
mobil akhirnya dibawa keluar lagi deh.
Menjelang giliran
saya, sempat seorang bapak yang nomernya sebelum saya menggerutu karena seorang
ibu menyelak antrian. Tampaknya ibu itu menggunakan jalur titipan. Hmmm, selama
kita masih di Indonesia, harus ikhlas aja melihat yang seperti ini. Entah sampai
presiden ke berapa cara main seperti ini akan terus berlangsung.
Akhirnya,
nama saya pun dipanggil. Saya masuk mobil van tersebut bersama Aksa yang cukup
excited masuk mobil polisi. Di mobil tersebut ada dua petugas tak berseragam. Yang
satu mas-mas masih muda yang berada di jendela loket, sementara yang satu lagi
adalah yang memproses foto dan kartu. Ada satu lagi berdiri di luar untuk
melayani pengambilan sim dan pengambilan formulir. Sekitar 10 menit menunggu,
saya pun mendapat giliran foto, tanda tangan dan sidik jari digital. Jadi ingat
saat pertama membuat SIM, saya masih menggunakan sidik jari dengan tinta. Berarti,
saya sudah tua juga ya hahah…
Oh ya,
sebelum foto, petugas meminta biaya Rp 105.000. Di internet (dan juga di bodi
mobil SIM) tertulis biaya Rp 75.000 jadi saya hanya membawa Rp 100.000. Saya
tidak bertanya yang Rp 30.000 untuk apa. Mungkin tes kesehatan, karena di
kantor polisi biasanya tes kesehatan dikenai biaya. Akhirnya saya minta uang
suami.
Selesai membayar
dan foto, saya keluar mengambil SIM di jendela loket mobil, kemudian ditawari
laminating agar awet seharga RP 5000. Saat itulah suami saya yang menggendong
Argi ikut menemani, dan petugas pun agak kaget sambil berkata, “Lho, njenengan kok nggak bilang kalau bawa
bayi? Tahu begitu kan saya dahulukan…”
Jengjeng….!
Ya sudah, ndak papa, Pak…buat pengalaman. Itung-itung
ngajak bayi saya lihat langit dan jalan raya..
So, tips bagi ibu yang harus membawa bayinya untuk menggunakan layanan SIM keliling:
1. Tanyakan pada petugas apakah bisa mendapat prioritas
2. Bawa pulpen dan copy KTP+copy SIM
3. Bawa minum dan camilan, siapa tahu dapat nomor antrian belakang
4. Datang pagi, agar tidak kepanasan mengingat ruang tunggu outdoor
5. Kalau tidak mengendarai mobil, bawa nursing cover, siapatahu bayi minta menyusu
6. Jangan bawa uang pas, karena ada biaya tambahan yang tidak tercantum
Semoga bermanfaat :)
0 komentar:
Post a Comment