Setelah
berkutat dengan budgeting (baca di
post ini), akhirnya hari yang dinantikan pun tiba. Traveling pertama kami sejak
beranak dua! Hahah.. Itu sebuah pencapaian ya, baik secara finansial, fisik,
maupun mental. Jadi, we’re soooo excited
to start this journey!
Setelah
memastikan tidak ada yang tertinggal (terutama tiket), kami pun menuju Stasiun
Tugu. Rencana untuk memakai jasa porter urung kami lakukan karena saya masih
bisa menggendong Argi (10 mo) dan membawa tas bayi. Sementara itu, suami
membawa koper dan ransel sambil menggandeng Aksa (4,5 yo). Kemudian, suami
menuju meja check in untuk mencetak boarding pass.
Kereta
Malioboro Ekspress yang kami tumpangi ternyata sudah datang meskipun waktu
keberangkatan masih sekitar 20 menit. Suami pun menyempatkan diri membeli bekal
makan siang di stasiun (yang akhirnya dimakan juga sebelum jam makan siang).
Keretanya cukup tua tapi worth it lah
dengan harga Rp 250.000. ACnya pun cukup dingin sampai-sampai hoodie anak-anak selalu saya pasang.
Saya tidak membayangkan jika tripnya malam hari, pasti Argi kedinginan.
Sekarang jamannya apa-apa sendiri, cetak tiket pun sendiri. Praktis! |
Delapan jam, anak-anak bosen gak ya?
Saya sudah
antisipasi munculnya rasa bosan, khususnya Argi. Saya memang tidak membawa
banyak mainan, cukup tiga jenis untuk Argi plus Aksa, yaitu satu mobil-mobilan
dan dua dinosaurus kecil. Selain itu, camilan dan air putih. Argi memang tipe
bayi yang aktif, jadi mainan hanya membuatnya senang sesaat. Ketika mulai lelah
duduk, he’s craving for crawling.
Iya, saya tahu lantai kereta api memang kotor. Tapi, anak bungsu saya ini
membuat saya harus mengalah dengan membiarkannya merangkak demi meredakan
rewelnya. Karena dia masih suka memasukkan benda asing ke mulut, saya harus
melakukan pengawasan melekat, jika tidak ingin tangan kotornya masuk mulut.
Tisu basah pun sudah ready di tangan, siap meluncur ke tangan kecilnya begitu
ia ingin menyentuh mulut atau wajahnya.
Kalau Aksa
sih alhamdulillah aman terkendali. Saya bawakan buku ensiklopedi dinosaurus
yang cukup ringan, but he’s not in the
mood to read. Instead, dia
memainkan dua dino yang saya bawa dan menciptakan skenarionya sendiri. Selain
itu, saya juga menjelaskan tentang sawah, kabel listrik, terowongan, jembatan,
sungai, apapun yang kami lewati dan kira-kira menarik baginya. Berdiri di pintu
dekat sambungan kereta juga menyenangkan, cuz
we had different view. Sayang, kami diusir petugas karena ternyata it is prohibited to do so.
Sampai di Malang!
Setelah
sempat hampir turun di stasiun yang salah, akhirnya kami menginjakkan kaki di
Stasiun Malang. Kesan pertama, kok kumuh-gelap-bau ya? Dengan objek wisata
sekelas Batu Secret Zoo, I imagined
something more than this. Tapi sudahlah, saya yakin kotanya bersih. Saat
keluar, ternyata tidak ada lahan parkir sehingga mobil angkutan berjubel,
seberjubel sopir taksi yang berusaha mencari penumpang. Dalam hujan ringan,
kami pun menyeberang ke deretan warung makan dengan tujuan memesan Go Car.
Ternyata, Go Car dilarang menaikkan penumpang di stasiun. Sempat ada yang ambil
order kami, tapi mendadak dicancel .
Sambil
menunggu, kami pun memesan rawon, pecel, dan ayam goreng di warung makan yang
berjajar di seberang stasiun. Harganya sih cukup terjangkau dan tempatnya cukup
bersih. Sayang, saat itu hujan. Kalau tidak, saya dan anak-anak pasti sudah
main di Taman Trunojoyo, yang tepat berada satu area dengan warung-warung makan
tadi.
Akhirnya,
kami berhasil naik Go Car walau harganya dua kali lipat. Saya lupa, antara Rp 16.000 - Rp 22.000 kalau tidak salah. Itupun berhentinya di
agak jauh supaya tidak ketahuan, hahah… Serius, kalau ketahuan bisa didenda 200
ribuan drivernya. Serem juga ya.
Taman Trunojoyo |
Deretan warung makan di tepi taman seberang stasiun Malang |
Daftar menu, biar ada bayangan harga makanan di sana |
Alhamdulillah,
perjalanan menuju hotel hanya ditempuh sekitar 15 menit. Berbeda dengan stasiun
tadi, Malang ternyata bersih. Lalu lintas di jalan yang kami lewati sepintas
mengingatkan saya akan Solo. Tak sabar rasanya untuk sampai di hotel dan mandi.
Next post: Savana Hotel Malang
0 komentar:
Post a Comment