Cerita
hijrah seseorang selalu mampu menjadi daya tarik, apalagi jika yang berhijrah
adalah public figure. Peggy Melati
Sukma adalah salah satu entertainer
yang ternyata sudah berhijrah. Saya baru mengetahui hal ini ketika mendapatkan forwarded message WhatsApp sebulan yang
lalu tentang pengajian yang akan diisi oleh Peggy. Dari tiga jadwal pengajian
yang dijadwalkan, alhamdulillah saya berkesempatan hadir di DeHalal Mart Jogja
untuk mendengarkan cerita hijrahnya.
Hari itu,
ia memakai gamis berwarna pink dengan jilbab dan cadar berwarna sama. Ia masih
terlihat tinggi semampai meskipun sudah tidak tampak lagi auratnya. Rasanya
sempat takjub melihat sosoknya, betapa Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Peggy
mengawali kajian dengan doa dan tidak banyak mengumbar senyum, berbeda dengan
sebagian besar ustadzah yang menjadi pembicara di pengajian yang saya datangi.
Mungkin ia tahu bahwa senyum pun aurat, mungkin juga senyumnya tertutup
cadarnya.
Saya tidak
begitu ingat awalnya, namun ia cukup banyak bercerita tentang masa kecilnya.
Bahwa ia dulu tidak begitu berada, namun orang tuanya taat beragama. Jika ia
menginginkan sesuatu, ibunya kerap berkata, “Minta sama Allah”. Namun,
perjalanan hidup membuatnya berjalan di jalan lain, yaitu dunia keartisan,
terlepas dari keluarganya yang religius.
“Jaman saya
kecil dulu, enggak ada gadget, saya
dididik (agama) dengan baik, namun saya bisa jadi seperti itu. Bayangkan
sekarang dimana anak bisa tahu apa yang dilakukan anak lain di belahan dunia
lain, kebayang kan beratnya jadi orang tua zaman sekarang?” , kurang lebih
begitu ujarnya.
Sempat
terbersit rasa kuatir dalam diri saya mendengar pernyataan tersebut. Peggy pun
menyarankan untuk selalu memanjatkan doa kepada Alloh untuk melindungi kita dan
anak cucu kita dari hal-hal yang diinginkan. Ia pun merasa hijrahnya memiliki
kaitan dengan doa yang selalu dipanjatkan oleh keluarganya, agar ia kembali ke
jalan yang benar.
Hasil Kerja 21 Tahun Habis dalam Tiga Bulan
Dalam
menceritakan awal mula berhijrah, Peggy menceritakan bagaimana ia dahulu bisa
memiliki segalanya. Honor satu kali naik panggung bisa puluhan juta rupiah,
sehingga membeli tas branded seharga ratusan juta pun bisa dengan mudahnya
dilakukan hanya dengan mengumpulkan honor tiga-empat kali manggung. Intinya, ujian
berupa melimpahnya rezeki makin menjauhkannya dari agama. Gaya hidup dunia
entertainment yang seperti apapun sudah pernah dijalaninya.
Namun,
titik itu akhirnya datang. Keluarganya berantakan, ia menderita kerugian (ia
tidak menceritakan secara detil rugi seperti apa) hingga asetnya habis,
kesehatannya bermasalah. Hingga akhirnya Alloh lah tempat kembali. Ia
menceritakan betapa beratnya hidup tanpa kekayaan, but somehow she managed to live that way. Ia sempat bingung
bagaimana membayar tagihan listrik 5 juta rupiah yang selama ini dengan
mudahnya ia bayar. Dapat uang dari mana, ia tidak tahu. Kuncinya hanya doa,
maka Alloh yang beri jalan keluar. Yang ajaib, tanaman buah di halaman belakang
rumahnya yang selama ini tidak pernah berbuah, mendadak berbuah saat ia mulai
berhijrah di tengah keterpurukannya.
Godaan Datang
Saat ia
mulai istiqomah berhijab dan meninggalkan dunia keartisan, tawaran main
sinetron kembali datang. Peggy memiliki batasan yang harus ditoleransi untuk
menyeleksi tawaran yang datang. Ia tidak mau beradegan dengan lawan jenis
sebagai sepasang suami istri. Akhirnya, scenario pun diubah. Peran yang
disodorkan kali ini adalah seorang janda. Namun, ketika mengetahui janda
tersebut memiliki anak lelaki (yang sudah baligh), ia kembali menolak tawaran
tersebut karena ada kemungkinan ia beradegan yang tidak sesuai syariat.
Akhirnya, ujian tersebut mampu dilewatinya dan Peggy “selamat” dari kembali ke
dunia entertainment.
Lebih Berkah Setelah Hijrah
Kini, ia
merasakan hidupnya lebih tenang karena dekat dengan Alloh. Keberkahan pun
menyelimuti setiap aktivitasnya. Dulu, 21 tahun menjadi artis, ia tidak
menghasilkan satu buku pun. Kini, ia telah menulis tujuh judul buku. Bahkan,
proses penulisan beberapa judul diantaranya sangat cepat. Saat menjadi artis,
ia berkesempatan mengunjungi 7 negara (atau 5 saya lupa). Namun, setelah
berhijrah, ia telah mengunjungi lebih dari 20 negara. Ia benar-benar tidak
menyangka begitu indah rencana Alloh untuknya, meskipun ia harus kehilangan
harta benda duniawi. Peggy pun bercerita, banyak pemberian dari orang-orang
yang membuatnya tidak perlu mengeluarkan uang untuk kebutuhan sehari-hari,
seperti busana muslimah yang ia pakai sehari-hari.
Ada satu
hal yang membuat saya seperti tertohok saat itu. Ia mengingatkan, bahwa suatu
hari nanti kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh Alloh. Sebagai ibu dan
istri, kita akan ditanya tentang tugas utama kita dalam mengemban kedua peran
tersebut. Hal “remeh temeh” seperti memasak, membersihkan rumah pun akan
dianggap sebagai amal. Karena itu, ingatlah selalu apa peran utama kita di bumi
ini, agar kita tidak salah menentukan prioritas.
Alhamdulillah,
so glad and thank Alloh I could make it…
meskipun membawa dua anak dan segepok mainan dalam ransel mini. Anak-anak
kondusif meskipun saya mendengarkan kajian sambil mobile ngikutin si kecil yang hobi jalan.
0 komentar:
Post a Comment