Adek lagi
susah makan entah apa sebabnya (padahal enggak sakit). Baru dua suap minta mimik
(ASI), dan selalu seperti itu untuk ketiga menu sarapan yang berbeda. Deadline numpuk karena siang hari
anaknya nggak bisa ditinggal lama, sore hari harus nemenin Adek main keluar,
malam hari keburu mati lampu dan berujung tidur. Bangun-bangun ga mungkin bisa
lembur karena (masih entah mengapa) Adek selalu minta mimik 4-5 kali pada jam
tidur malam.
Ya Alloh.
Ngeluh banget saya ini ya, padahal cuma ginian doang. Namun, saya ingat di @haloibu.id
kalau it’s okay to complaint. We’re
mother but we’re human also. Mungkin saya kurang piknik? Enggak juga,
kemarin sempat dua hari mampir ke rumah ortu n ketemu adik saya and it’s quite
a refreshing for me. Buktinya, sakit semacam gejala tipus saya langsung sembuh.
Mungkin saya kurang iman? Iya banget sih honestly.
Jadi gampang kena bisikan setan buat sedih, galau, nggak semangat, dan
sebagainya.
Dalam puncak rasa lelah lahir batin tadi saya
sholat dhuha. Setelah salam, hati tergerak untuk mengambil buku 5 Guru Kecilku
yang ditulis oleh Kiki Barkiah. Sebelum membukanya, saya mohon pada Alloh agar
diberi petunjuk lewat buku ini, agar tenang hati saya.
And randomly, tepat pada halaman ini saya membaca:
Alhamdulillah,
Alloh tunjukkan saya cerita yang sesuai dengan kondisi saya saat ini.
Membacanya membuat saya sadar bahwa saya butuh suntikan semangat karena
mengasuh anak itu menguras tenaga dan pikiran. Meneteslah air mata.
Saya juga
berpikir, apa sebenarnya prioritas saya? Iya betul, mengurus anak. Tapi kalau
sedang ada deadline begini, pikiran mau tidak mau terpecah antara deadline dan
urusan rumah. Kalau mau patuh pada manajemen waktu, maka deadline menulis hanya
bisa dikerjakan pada malam hari setelah semua tertidur. Salah saya juga kalau
siang hari saya suka curi-curi waktu mencari data tulisan dan kemudian bete
sendiri karena terinterupsi anak yang minta dibacakan buku atau diprintkan worksheet.
Akhirnya,
saya ikutan Kiki Barkiah: menghubungi suami. Saya cuma kirim satu icon sedih, dan suami pun langsung tahu
kalau ada sesuatu dengan anak-anak yang bikin saya sedih, hehe… Kami pun video call dan suami pesen ke Kakak agar
nurut sama ibu. Adiknya sih belum paham mau dikasi nasehat juga.
Setidaknya,
mood saya sudah mendingan setelah baca buku dan telepon suami. Sudah siang
juga, stress release nya ga boleh lama-lama. Writing this blog post with a cup of hot white coffee is also my stress
release. Tapi kalau mau lengkap sih ditambah baca buku, nglanjutin nonton
Posesif di Iflix, trus nonton Belok Kanan Barcelona di XXI, cuci mata di katalog
IKEA, atau ngetik di coworking space, bisa
dateng ke kajian rutin….without kids.
Kemaruk yeee…
Nggak papa
lah, hidup harus punya mimpi kan? Sekarang dimimpiin aja dulu karena anak-anak
masih pada kecil. Nanti kalau sudah besar, kata Mbak Okina-nya Enlightening
Parenting, kita akan bingung sendiri mau ngapain karena punya me time berlimpah
dan anak udah punya dunianya sendiri.
Oh ya,
mimpi saya jadi ibu sholeha yang sabar kaya Kiki Barkiah namun dengan jumlah
anak DUA saja. Sekarang, let’s get back to real life dengan cucian piring
setumpuk, keranjang cucian ompol yang besok aja nyucinya, lantai rumah penuh
noda nasi keinjek yang sudah kering, dan cari data tentang kehamilan remaja
buat tulisan.
Alhamduilllah
ya Alloh atas waktu menulis yang sekian menit ini dengan anak anteng di halaman
belakang. Terima kasih untuk Mbak Dini Swastiana atas tiga buku Kiki
Barkiahnya, semoga Alloh membalas kebaikan Mbak..
0 komentar:
Post a Comment