Sebagai seorang jurnalis, suami saya kerap mendapatkan
undangan liputan ke luar kota, dan saya hanya bisa menikmati hasil travelling
gratis suami melalui foto-fotonya. T.T
Salah satu foto-foto yang saya sukai adalah ketika ia mengunjungi Batu
Secret Zoo di Batu, Malang. Ini termasuk kebun binatang baru, yang pertama
dibuka pada tahun 2010, sebagai bagian dari Jatim Park 2.
Bayangan saya mengenai kebun binatang berdasarkan kenangan
masa kecil saya tidaklah begitu indah. Bukan karena ada pengalaman buruk di
sana, melainkan kondisinya yang kurang bersih, infrastruktur yang sudah usang,
dan banyak penjual makanan dan minuman yang tidak tertata rapi. Saya juga masih
ingat ada panggung dangdut dengan orang yang berjubel didepannya. Oh ya, saat
itu saya mengunjungi Kebun Binatang Gembira Loka di Yogyakarta.
Setelah melihat foto-foto Batu Secret Zoo, saya bersyukur.
Alhamdulillah, sekarang kebun binatang di Indonesia sudah mengikuti jaman.
Karena saya cenderung menggunakan pola pikir marketing dalam melihat objek
wisata, maka “mengikuti jaman” adalah bersih, rapi, desain menarik (seperti
penunjuk jalan, papan informasi, serta rancangan keseluruhan bangunan).
Intinya, kalau ada wisatawan asing berkunjung, kita tidak malu.
Batu Secret Zoo |
Maka, ketika suami mengajak mampir ke Kebun Binatang Ragunan
(sekarang namanya Taman Margasatwa Ragunan) setelah menghadiri resepsi
pernikahan teman di Buperta Cibubur, saya berpikir Ragunan akan tidak jauh
berbeda dari Gembira Loka dalam ingatan saya. Saya sendiri sudah lama tidak ke
Gembira Loka. Semoga saja sekarang sudah banyak perbaikan, apalagi branding kebun binatang ini di body salah satu armada taksi cukup
menarik perhatian.
Taksi dengan iklan Gembira Loka Zoo berwajah macan |
Dan ternyata, Ragunan lebih bagus dari bayangan saya..! Begitu
masuk lokasi, saya disuguhi pemandangan rimbunnya pohon-pohon besar dan jalan
paving blok yang lebar. Saat itu hari Sabtu jam setengah empat sore, dan
pengunjung tidak begitu banyak. Saya masih bisa jalan dengan leluasa dan
berfoto tanpa ada figurannya, hehe..
Sempat bingung: pelikan asli atau patung ya? |
Karena kami hanya ingin disana sebentar saja, maka kami pun
memanfaatkan papan penunjuk jalan untuk mencapai kandang binatang yang kami
inginkan dengan segera. Namun sebelumnya, kami tidak bisa tidak mampir ke kolam
berisi burung pelikan dengan bangku-bangku hijau yang menghadap kolam serta
cahaya matahari sore yang indaaah …. sekali. Penempatan kolam yang tidak jauh
dari pintu masuk serasa menjadi mood
booster untuk menjelajahi kebun binatang lebih lanjut.
Berikutnya kami mengunjungi kandang menjangan. Saya tadinya
mengira hewan tersebut adalah rusa, tetapi kok bertanduk. Apalagi di kandang
berikutnya, ada binatang seperti bambi. Aaargh, saya jadi merasa bodoh sekali..
masa tidak bisa membedakan hewan yang satu dengan yang lain? Peringatan bagi
orangtua manapun di luar sana: update pengetahuan kalian mengenai hal-hal
mendasar mengenai lingkungan dan alam ya, jangan rajin update status aja (<--
saya banget).
Anak saya yang tadinya bengong ada binatang yang lebih besar
dari badannya pun (selama ini ia hanya tahu binatang itu kucing, ayam, anjing,
cicak, kecoa, dan yang ada di sekitar rumah) mendadak semangat ikut memberi
makan menjangan (setelah saya cek, ternyata namanya rusa totol) dengan daun
yang gugur ketika melihat pengunjung lain melakukan hal tersebut. What an experience..
Berikutnya adalah kandang gajah. Antara pagar pengaman dan
gajah terdapat parit yang lumayan besar, dan ini berlaku untuk hewan-hewan buas
lainnya. Aksa tidak begitu excited
melihatnya, mungkin karena gajahnya diam saja. Namun begitu kami berpindah ke
kandang gajah sumatera yang lokasinya lebih terang dan terbuka, ia cukup betah
berlama-lama melihat gajah. Apalagi gajahnya sedang makan dengan belalainya,
yang membuat saya tahu bahwa ujung belalainya bisa menjumput seperti tangan
ketika mengambil rumput. Detik ini saya merasakan lagi bahwa pengetahuan saya
tentang banyak hal ternyata tidaklah banyak, ketika cara gajah makan pun saya
baru tahu dengan detil.
Baru beberapa kandang saja, kami sudah merasa kehabisan
waktu. Saya dan suami baru menyadari bahwa Ragunan itu luas sekali. Tidak hanya
areanya secara keseluruhan, namun juga lebarnya jalan serta lahan rumput atau
lahan kosongnya. Di dekat pintu masuk
tadi sebenarnya ada persewaan sepeda, termasuk sepeda tandem alias dua sadel.
Harganya pun tidak mahal. Seingat saya 15 ribu per jam, atau 35 ribu seharian.
Cocok sekali untuk menjelajahi seluruh area kebun binatang ini. Kalau tidak
bawa anak, bisa sepedaan berdua suami nih, hehe..
Akhirnya, kami pun sedikit bergegas menyambangi
target-target utama kami. Sayang sekali, beberapa hewan tidak menampakkan diri
di kandang, seperti orangutan, harimau, dan komodo. Yang terlihat hanya gua, kolam, dan menara. Syukurlah, kami masih
sempat melihat singa, walaupun tanpa surai seperti di buku cerita. Saya takjub,
ternyata mereka besar sekali..!
Kami sempat berputar-putar mencari masjid, sayang tidak
ketemu. Mungkin karena kami terburu-buru jadi terlewat. Kami juga sedikit panik
ketika anak minta ASI sementara tidak ada tempat yang tertutup untuk menyusui. Kebetulan
bangku-bangku taman hampir semua menghadap ke jalan setapak, jadi tetap tidak
beresiko untuk curi-curi menyusui. Karena itu, kami sepakat untuk mengakhiri
kunjungan kami dan mencari masjid dalam perjalanan pulang.
Walaupun singkat, saya dan suami cukup puas bisa mengajak
anak kami melihat binatang secara langsung meskipun tidak bertemu jerapah, macan,
ataupun buaya. Next time, we will give
you another visit, dear zoo. Apalagi, tiket masuknya hanya 4500 rupiah
untuk orang dewasa dan 3500 untuk anak-anak. Oh ya, membuka situs resmi www.ragunanzoo.jakarta.go.id sebelum
kunjungan akan sangat membantu, agar tidak ada fasilitas dan kegiatan yang
terlewatkan.
0 komentar:
Post a Comment