Dulu, saya tidak suka anak-anak. Selain merepotkan, saya juga tidak dianugerahi kemampuan untuk berbasa-basi dan mengajak bermain anak kecil. So, tidak pernah terbersit dalam pikiran saya bahwa kelak saya akan menjadi guru yang mengajar anak-anak..! Setidaknya, itulah pelajaran hidup yang saya ingat sampai sekarang: jangan pernah terlalu membenci sesuatu, karena pada akhirnya Alloh akan mendekatkan kita dengan hal-hal yang tidak kita sukai just to show that nothing is bad if we want to know closer (saya sekarang bersahabat dengan “musuh” saya waktu SD, dan tinggal di kota yang saya paling tidak ingin tinggali x-))
Menjadi guru bukanlah cita-cita saya. Sebagai pembaca setia
majalah remaja, saya terobsesi untuk bekerja di majalah tersebut, atau setidaknya
di dunia media. Saya sempat mencicipi dunia pertelevisian juga, untuk
kepentingan skripsi. Seru sih, karena menantang kita untuk terus menjadi
makhluk kreatif. Begitu juga beberapa pekerjaan freelance saat kuliah, seperti peneliti, LO, maupun interpreter yang menurut saya menyenangkan, apalagi ketika
menerima fee, haha..
Namun, “rasa” yang berbeda saya dapatkan ketika mengajar. Standar
saya tentang pekerjaan yang awalnya saya ukur dari seberapa menantang, berapa
imbalannya, hingga gengsinya untuk ditampilkan di CV mendadak berubah. Ketika mengajar,
saya mendapatkan lebih dari sekadar uang dan pengalaman, namun juga kasih
sayang dan self-fulfillment. Ketika
murid-murid saya yang masih balita bisa lengket sama saya, dan tertawa ketika
saya mendongeng, saya merasa bahagia sekali.. Makhluk-makhluk original tersebut benar-benar
menunjukkan pada saya bahwa imbalan itu bukan sekadar uang.
Ketika kita berbagi sesuatu dengan orang lain, entah itu
dalam konteks bersedekah, memberi pertolongan, ataupun sekadar berbagi ilmu,
ada perasaan senang yang sulit dilukiskan. The
happy feeling is so deep that suddenly we feel what we are for. Begitu juga
dengan mengajar. Saya merasa membagi apa yang saya punya (bukan sekadar
transaksi “aku beri kamu bayar”) and I also
feel connected to my spiritual life. Tidak ada yang lebih membahagiakan
ketika apa yang kita lakukan juga berpahala dan tidak menyalahi aturanNya. Hidup
benar-benar tenang rasanya. Thus, I call
this as a job for my soul.
Seperti pekerjaan lainnya, tentu saja ada masa ketika hari
terasa sangat melelahkan, seperti kelas yang kacau karena anak-anak mendadak
susah diatur atau murid baru yang menangis dari awal sampai akhir hingga kita
harus mengeluarkan 1001 jurus penenang (dan hanya satu yang mempan, itupun
hanya 10 menit, haha). Namun, saya merasa itu semua sebagai bagian dari
mengasah skill saya sebagai guru yang
lebih berpengalaman dan (kemudian) sebagai ibu. Kalau saja sebelum punya anak
saya tidak menjadi guru playgroup, entah
apa jadinya anak saya punya ibu yang aslinya emosian ini hehe..
Guru juga harus kreatif, lho. Saya sempat pusing ketika
harus menjelaskan tentang pemerintahan ke murid kelas 4 (saya juga pernah
mengajar SD). Dijelaskan biasa masih belum paham, buku pelajaran juga tidak
begitu membantu karena bahasanya kurang membumi, akhirnya saya buat role play saja. Ditambah dengan kuis, games, dan tanya jawab ringan tentang
berita di TV semalam, anak-anak akhirnya bisa lebih paham. Kadang, saya
menerapkan konsep marketing communication
ketika kuliah ke dalam proses mengajar karena anak-anak itu jujur. Kalau “dagangan”
kita tidak menarik, mereka tidak akan “membeli”. Kalau kita membosankan,
anak-anak tidak akan senang belajar, apalagi menyerap ilmu yang kita sampaikan.
Salah satu contoh kuis mencocokkan menteri dengan namanya |
Jadi, yang awalnya “mendadak guru” karena mengikuti program
kepemudaan pemerintah sebagai voluntir di desa terpencil, saya sekarang menjadi
guru beneran :D Jangan tanya ijazah ya, karena saya lulusan FISIP :p Belajar lagi dari nol
memang sangat menantang, namun dengan passion
mengajar sebagai modal, semua bisa dijalani dengan mudah. Jadi, buat yang
belum bertemu dengan passionnya, segeralah dicari. It will add a little (or more!) extra happiness and fulfillment to your
life dan siapa tahu kelak bisa menjadi profesi.
This post is a part of
Indonesian Hijab Blogger Blog Post Challenge.
Sepertinya menyenangkan yah.. Aku pun akhirnya tertarik pengen jadi guru, tapi guru TK.. :D
ReplyDeleteKyaah, aku ga bayangin kalo dirimu jadi guru TK Beb, hehe.. but tell me if someday you are one :) it will be fun :D
ReplyDelete