Pernah
melihat akun Instagram Andien? Yes, saya salah seorang followernya. Saya tidak
ingat sejak kapan, tetapi saya turut “menjadi saksi” pernikahannya yang bertema
rustic dan bulan madunya ke Jepang,
hingga akhirnya Andien mengandung. Karena usia kehamilan saya saat itu hanya
berbeda 2-3 minggu dengan Andien, maka saya pun tidak pernah melewatkan
postingannya di Instagram, khususnya tentang cerita kehamilannya.
Saat saya
sedang di trimester pertama dan teler luar biasa, Andien masih bisa melakukan workout rutinnya yang menurutnya sama
seperti saat ia belum hamil. Pikir saya, nekat juga ya, haha.. but it did no harm for her pregnancy. Mungkin
karena ia sudah terbiasa melakukannya. Satu caption
yang saya ingat dari postingannya waktu itu adalah: hamil jangan lebay (kurang
lebih intinya seperti itu, saya lupa kalimat tepatnya). Mmm…itu jleb banget
buat saya karena saya memang lebay, apalagi morning
sicknya sampai evening. Saya hanya
bisa menikmati ke-lebay-an itu karena kondisi kehamilan orang berbeda-beda,
termasuk daya tahan psikisnya menghadapi perubahan itu. So, lucky her.
Namun,
titik “wow” dari Andien datang ketika ia melahirkan. She needed less than 4 hours to give birth! Buat yang pernah
melahirkan anak pertama pasti tahu donk rasanya berjam-jam menahan sakit hingga
bayinya lahir… Bahkan, saya bisa menyimpulkan dari cerita teman dan saudara, they needed 10-14 hours. Dari sini saya
berpikir bahwa Andien sukses melakukan gentle birth, untuk mengelola rasa sakit dan berkomunikasi dengan janinnya, juga
staminanya yang prima untuk proses persalinan.
Keputusannya
untuk menggunakan bidan (tanpa dokter kandungan-cmiiw) dan water birth di rumah pun buat saya termasuk berani. Suaminya juga
berani. They must have learned about this
really well. Apalagi, keluarga yang usianya lebih tua (seperti orangtua) biasanya
sedikit resisten terhadap hal-hal baru, dan pasangan-pasangan muda biasanya
akan menghadapi dilema antara pengen A tetapi tidak enak karena ortu maunya B,
dan sebagainya. Saya tidak tahu apakah Andien-Ippe mengalami hal tersebut.
Oya, ada
dua foto yang cukup membuat saya amazed,
yaitu foto baby Kawa dengan tali pusar yang masih terhubung dengan plasenta dan…..
Andien yang masih cantik walaupun sedang melahirkan! Hahah.. Saya ingat sekali
kata bidan menjelang proses melahirkan anak pertama saya. Kurang lebih
dialognya seperti ini:
Saya: “Udah bukaan berapa ini, Sus?” (saya kok manggil bidan suster ya?)
Bidan: “Masih lama ini, Bu, wong
masih cantik. Pokoknya kalau bentuknya ibu udah nggak karuan, berarti bayinya
sudah mau keluar”
(malamnya saya didorong
menggunakan kursi roda ke ruang bersalin dalam keadaan rambut acak-acakan, karet
rambut setengah menggantung, baju penuh keringat, jilbab entah dimana)
Back to
Andien. Setelah Kawa lahir, akun IGnya benar-benar menggambarkan kebahagiaannya
menjadi seorang ibu. Bisa jadi perasaan saya saja, atau memang demikian adanya,
bahwa tidak banyak pasangan muda atau
artis yang membawa pesan bahwa melahirkan, menjadi ibu itu sesuatu yang 100
persen membahagiakan. She brings another point
of view, bahwa kehamilan dan melahirkan adalah proses yang full of blessings, yang membahagiakan
dan harus dinikmati.
Dari pemberitaan
di media, saya bisa melihat bahwa ia dan suaminya well educated untuk masalah seluk beluk kehamilan, proses
melahirkan, dan pasca melahirkan seperti pentingnya bonding dengan ayah. Di sebuah tabloid juga disebutkan bahwa Andien
meminta bidan untuk menginap di rumahnya dan mengajarinya cara memijat bayi,
karena ternyata manfaat pijit bayi sangatlah besar. All out sekali ya.
Dari Andien
saya belajar bahwa memiliki anak itu hal yang indah, no matter how difficult it is, kita harus tetap bersyukur. Pastilah
ada rasa lelah dan segala macamnya, tapi pikiran positif akan membuatnya lebih
mudah dijalani. Dan, be a smart parent. Memiliki anak memang hal yang (dalam
budaya kita) menjadi salah satu fase hidup yang pasti dijalani, hingga membuat
kebanyakan orang menjalaninya secara apa adanya. Padahal, pengetahuan kita
tentang kesehatan ibu dan bayi, tumbuh kembang anak, teknik perawatan bayi,
misalnya, akan membuat anak tumbuh dengan lebih baik, insya Alloh.
Yang lebih
tua memang lebih berpengalaman, tapi yang muda punya lebih banyak energi untuk
belajar. Bukan begitu?