Dalam post saya sebelumnya, saya sudah memilih
salah satu jastip (jasa titip) untuk berbelanja di pameran buku terbesar namely Big Bad Wolf Book Sale Jakarta
(BBW). Sambil melobi suami untuk menyiapkan budget atas nama anak (yes, right), saya mulai cuci mata beberapa
“bocoran” buku yang akan dijual di BBW nanti. Selain itu, tidak lupa saya
menyisakan cukup memori di hp untuk menginstall LINE dan mulai mempelajari
bagaimana cara menggunakannya (ini saya berasa jadul banget ya…perasaan masih
kelahiran 80an deh..)
Target saya
sih, bisa mendapat boardbook yang
harganya di bawah Rp 50.000. Tahun lalu boardbook
seharga Rp 45.000 cukup banyak dan bagus-bagus. Sementara tahun ini, di official Instagram BBW saya lihat Rp 50.000-Rp 75.000
yang standar. So, saya belum mempunyai wishlist
atau WL (daftar belanjaan alias judul buku yang diinginkan) yang spesifik.
Lihat-lihat saja dulu apa yang diupload
sama jastip nanti.
Dannnn….here comes the D Day! Tanggal 20 April,
jastip saya sudah di lokasi, dan kegiatan upload
mengupload foto pun dimulai. Saat itu
member di grup LINE sudah mencapai 120 orang. Karena saya masih play safe, saya tidak terlalu kalap
mengetik kata ‘fix’. Pikir saya saat itu, event ini kan masih berlangsung
sampai tanggal 2 Mei. Saya pun juga memantau Instagram beberapa jastip, dan me-screenshot buku yang saya mau untuk
kemudian dijapri ke admin jastip agar bisa dicarikan. Dari situlah kemudian
saya mempunyai wishlist.
Hari
pertama, tidak semua buku yang saya mau saya dapat. Di BBW, terlalu lama berpikir
sama dengan siap kehilangan. Cara kerja para jastip ini kan memotret buku
kemudian mengupload, dan buku ini
tidak bisa mereka tahan terus kan, kecuali mereka membelinya. Oke, misalnya pun
mereka bisa keep bukunya, how many can they keep? Apalagi jenis
buku yang peminatnya banyak, bersiaplah untuk secepat mungkin menulis kata fix.
Kebanyakan kasus, kita tidak bisa 100% mengikuti live shopping karena kerja atau sedang mengurus anak. Ketika melihat
hp, ada buku yang kita inginkan padahal admin sudah tidak lagi berada di dekat
buku itu. Admin akan tetap mencarikan sih, tetapi tidak jaminan akan menemukan
buku itu kembali.
Maka, Sembilan
hari berikutnya tangan saya pun lengket ket dengan hp, hahha.. Yang tadinya
saya mengharamkan suami untuk melihat hp sambil mengurus si kecil, sekarang
saya sendiri yang melanggar peraturan tersebut atas nama BBW. Hp yang satu
untuk melihat LINE, yang satunya untuk melihat IG, karena ada online bookstore
langganan yang live shopping via IG, tanpa deposit pula. Mata ini benar-benar
dimanjakan oleh warna-warni buku anak dengan fitur yang bikin kita ingin
memiliki semuanya. Syukurlah, otak ini masih bisa diajak kompromi dengan selalu
mengingatkan how much money I had to
spend for this. Saya selalu menyiapkan buku catatan untuk menulis buku apa
saja yang sudah saya fix berikut harganya.
Saya bisa
bertahan mengikuti live shopping sampai
hari terakhir BBW. Dari yang bukunya masih bagus-bagus sampai yang sudah
tinggal sisa-sisa. Dari yang harganya masih mahal sampai dapat buku lokal yang
harganya as cheap as Rp 5000. Alhamdulillah…budget saya membengkak 3 kali lipat T.T.
Menyesal? Sedikit sih…karena menurut adik saya kalau kita sudah selesai baca
bukunya dijual lagi pun masih laku. Jadi uang bisa kembali walau hanya sekian
persen. Yang penting, kita sudah menikmati bukunya.
Setelah
seminggu lebih mengikuti perhelatan akbar ini, saya bisa menilai kualitas
jastip melalui poin-poin di bawah ini (in
case next BBW mau ikut lagi)
1. Jumlah anggota tim
Tim jastip saya empat
orang dengan anggota mencapai 300 orang di hari-hari akhir. Saya melihat di
instagram ada yang anggotanya sepuluh lebih, ada juga yang cuma berdua dengan
teman karibnya. Apakah semua terhandle dengan baik? Hmmm…agak lama sih memang
responnya. Ketika live shopping
memang cepat uploadnya, namun ketika
membuat rekapan yang lama. Rekapan ini dibuat dengan cara (kalau tidak salah)
menentukan siapa saja yang mendapatkan buku yang diinginkan berdasar urutan
mengetikkan kata fix. Kemudian, admin akan mengirimkan sejenis tabel ke member
yang berisi judul buku, jumlahnya, harganya, dan total jastipnya.
Saat pengiriman pun
lebih lama lagi. Barang baru mulai dikirim H+2 event berakhir, dan dikirim
berdasarkan member yang telah menyelesaikan pembayaran terlebih dahulu. Ada jastip
yang mulai pengiriman lebih cepat. Saya melakukan pelunasan tanggal 6 Mei
(karena rekapan baru keluar tanggal 4 Mei), barang dikirim tanggal 8 Mei
(karena 7 Mei minggu) dan paket tiba tanggal 13 Mei. Takes time banget yah..
2. Jumlah anggota grup dan rules
Mengurus member yang
berjumlah ratusan dan isinya adalah emak-emak memang tidak mudah. Ada yang
membombardir admin di group notes, ada yang japri, ada yang mengirimkan foto-foto buku
wishlistnya di grup sehingga anggota
lain mengira itu buku BBW yang diupload admin, ada yang nggak terima member
lain nge fix langsung 7 buku, dsb dsb. Rame deh pokoknya. Admin pun selalu
mengingatkan member untuk mematuhi rules yang sudah mereka buat, begitu juga
para member. Saling mengingatkan. Yang saya tidak begitu setuju adalah admin
terus menerima anggota baru (termasuk yang belum kirim deposit) dan para newbie
bertanya di grup “bagaimana rulesnya, mereka harus apa” dan semua basic
questions. Brrrr… Agak sedikit mengganggu ritme apalagi kalau sedang heavy upload. Sebaiknya sih anggota
grup dibatasi, sesuai kemapuan admin.
3. Selera buku
Beberapa hari pertama,
saya agak kecewa dengan selera buku para admin, khususnya yang bapak-bapak. Saya
cari yang murah bagus tapi yang diupload yang mahal-mahal dan kurang mewakili
selera buibu. Saya bisa bilang begini karena saya juga melihat apa yang
diupload jastip lain di instagram. Lama kelamaan sih mereka mengupload sesuai
wishlist para member dan buku-buku bestseller, termasuk juga buku dengan harga
yang lebih terjangkau.
4. Kecepatan respon
Sudah dibahas diatas ya
mengenai kecepatan respon yang memang agak kurang. Saya sih memaklumi, karena
ini pilihan saya juga untuk bergabung di jastip yang banyak anggotanya. Ada
jastip lain yang membatasi hanya 50 orang member. Ada juga yang anggotanya 300
lebih mereka mempekerjakan karyawan, jadi lebih profesional.
5. Cara memotret buku
Ini juga berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan beli atau tidak. Jastip saya memotret buku
dengan cukup baik, tetapi kadang jaraknya kurang dekat dan tidak dipotret
isinya (meskipun tidak disegel). Tampaknya target mereka adalah upload sebanyak
mungkin. Ada jastip yang uploadnya berupa video termasuk bagian dalam buku dan
bagian harga dizoom, ada juga yang beberapa buku sekaligus sehingga mengirit
waktu.
6. Kecepatan pengiriman
Poin ini juga sudah
dibahas sekilas di atas. Admin sudah menentukan jadwal rekapan, jadwal
pelunasan, deadline pengiriman data member, serta jadwal pengiriman paket. Kita
bisa memilih jasa paket yang kita mau, admin sudah menyediakan link untuk
mengecek harga paket per kilonya. Banyak yang sampai beberapa hari sebelum
tulisan ini saya post, masih belum menerima paket. Selain karena faktor dari
jasa pengirimannya, ada juga faktor kecepatan jastip dalam membungkus buku. Dengan
tenaga hanya maksimal empat orang dan sekian ratus customer, sudah jelas semua
tidak bisa dilakukan dengan cepat.
Ada satu hal yang membuat saya
kecewa, yaitu paket buku sampai di rumah saya dalam keadaan kardus ringsek. Aduh,
ini nyesek sekali. Setelah saya cari penyebabnya, ternyata bukan salah
cargonya, tetapi salah jastipnya yang menggunakan kardus dengan ukuran terlalu
besar dan menimbulkan rongga kosong antara buku dengan kardus. Cara menggunakan
lakbannya pun asal sehingga ada yang berlubang. Kardusnya pun sudah using…padahal
I paid extra for bubblewrap and cardbox.
Jastip langganan saya tidak mencharge
untuk yang demikian. Yasudlah…ono rego ono rupo. Resiko saya pilih jastip yang
feenya murah. Alhamdulillah, bukunya hanya ringsek satu dan cacat minor dua. Jastipnya
pun sudah minta maaf, I appreciate that.
Fiuh…finally the story ends. Beginilah rasanya
menikmati BBW via jastip. I imagine their
struggle untuk memilih buku, memotret buku, upload, menjaga buku pesanan,
antri membayar, menentukan siapa dapat buku apa, menunggu pelunasan sementara mereka
sudah nombokin sekian banyak orang,
menerima komplain, dan sebagainya. Salut.
Kalau tidak
ada jastip mungkin saya hanya bisa ngiler dari sini, hehe…