Jangan salah sangka dulu ya, tas yang saya maksud adalah tas
plastik alias kantong kresek, hehe.. Tidak ada niatan untuk mengoleksinya,
namun mereka terkumpul dengan sangat cepatnya di rumah saya.
Kalau diingat-ingat,
kebiasaan ini sudah saya mulai sejak jaman SMA, dimana Mama selalu melipat tas plastik
tersebut menjadi bentuk segitiga. Tidak hanya itu sih, tas-tas kertas sisa
shopping juga saya kumpulkan, apalagi jika desainnya menarik dan dari brand
ternama. Sampai akhirnya, ketika saya lulus kuliah saya menyadari tas-tas
tersebut hanya memenuhi gudang saja. Sebelum ditumbuhi jamur, maka tas kertas
tersebut saya jadikan goodie bag untuk bakti sosial di panti asuhan putri. Terlihat
beda pastinya :)
Sekarang saya sudah jarang belanja belanji, jadi tidak ada
koleksi tas kertas lucu lagi, haha.. Kalau tas plastik, saya masih setia dong
mengumpulkannya. Hanya saja, cara melipatnya tidak segitiga lagi namun saya
bentuk persegi seperti melipat kain (penting ya). Cara ini lebih irit tempat ketika disimpan
karena tidak menggembung.
Saat mulai pindah ke rumah sendiri dengan suami, saya
mampu mengumpulkan tiga boks tas plastik berbagai ukuran, yang mungkin kalau
dijumlah bisa ratusan hanya dalam tempo setahun. Itu pun sudah saya gunakan
untuk membuang sampah dan berbagai keperluan lain, tapi tetap saja pertambahannya
lebih cepat daripada pemakaian ulangnya. Akhirnya, saya tawarkan “koleksi” saya
tersebut ke tukang sayur yang dengan senang hati menerimanya. Walau awalnya
agak berat berpisah dengan plastik-plastik yang saya lipat rapi berdasarkan ukuran,
akhirnya saya ikhlas juga, sebelum saya mengalami kelainan psikis seperti dalam reality show Hoarders di channel TLC, tentang orang yang gemar menimbun barang (dan berat
melepaskannya).
Setelah itu, saya mulai berpikir…mau dikemanakan kumpulan plastik-plastik
ini? Saya tidak tahu tempat yang bisa mendaur ulangnya, ataupun menggunakan
ulang. Jadi, saya mulai mengurangi pemakaian tas plastik dengan cara membawa plastik
dari rumah untuk belanja. Untuk barang belanjaan yang kering (bukan sayur mayur),
saya membawa tas kain bekas goodie bag seminar dan sejenisnya.
Khusus untuk
membungkus sampah basah, saya memilih plastik dari beberapa minimarket atau
supermarket yang bahannya bisa terurai dalam dua tahun. Ternyata cara ini
lumayan efektif untuk mengurangi koleksi tas plastik saya. Sekarang saya sudah
mulai bisa merasakan kekurangan stok plastik untuk membuang sampah, hehe.. Kalau sudah begini, saya biasanya tidak akan membawa tas belanja dari rumah
ketika belanja di minimarket yang memberikan degradable plastic sampai nanti
akhirnya bisa saya gunakan lagi dan habis lagi ; D
Meskipun demikian, ada kalanya tas plastik tersebut tetap
menumpuk. Kalau sudah tidak tertampung, saya berikan saja pada tukang loak
keliling, siapa tahu ia tahu tempat yang membutuhkannya.
Huff, andai saja ada tempat mendaur ulang tas plastik, atau
ada alat pendaur ulang plastik yang bisa dibeli bebas dan mudah digunakan. Karena
itu, saya mengapresiasi swalayan yang menawarkan kardus untuk membawa belanjaan
yang cukup banyak, atau pemilik usaha yang menggunakan kemasan kertas atau
bahan ramah lingkungan lainnya. Kalau untuk kantong kertas untuk membawa
belanjaan seperti di negara barat, tampaknya masih agak susah diwujudkan ya, karena
pengendara motor pasti akan kesulitan membawanya.
So, saya tidak akan lelah melipat, mengumpulkan, menggunakan
ulang tas-tas plastik itu sampai datang masanya tas plastik menjadi sesuatu yang
bisa didaur ulang dengan mudah, semudah kita membuat juice :)
0 komentar:
Post a Comment