Saturday, March 12, 2016

Disiplinnya Anak-anak Jepang (OISCA Story Part 1)


Saya belum pernah ke Jepang, tetapi akhir bulan lalu saya benar-benar merasa ada di Jepang. Dalam studi banding tersebut, saya dan rekan kerja berkunjung ke sebuah taman kanak-kanak bernama OISCA. Sekolah ini merupakan bagian dari salan satu organisasi nirlaba di Jepang yang bernama sama, dan bergerak di bidang lingkungan dan pertanian.

Sekolah ini baru berdiri dua tahun lalu di Indonesia dengan mengontrak sebuah bangunan di Menteng. Ukurannya tidak begitu besar, hanya terdiri dari tiga ruang kelas untuk siswa playgroup sampai TK besar yang seluruhnya berjumlah 50 anak. Oya, anak-anak yang bersekolah di sini adalah warga negara Jepang yang orang tuanya bekerja di Indonesia. Gurunya pun sebagian besar merupakan voluntir OISCA dari Jepang yang bersedia tinggal dan mengajar di Indonesia.

Saat turun dari minibus, saya langsung melihat perosotan yang besar sekali berbentuk gajah. Sungguh lucu! Di halaman parkir itu pula ada sebuah kolam renang yang dibawa jauh-jauh dari Jepang beserta dua tank penyaring air alias filter sehingga air yang dipakai berenang memiliki tingkat pH yang seimbang dan berefek menyegarkan. Di lahan terbatas tersebut pula, terdapat sepetak kebun yang ditanami jagung, tomat, wortel oleh murid-murid OISCA sendiri, serta bukit dan sungai buatan, bangku dari pohon tua yang tumbuh di lahan tersebut, serta ayunan yang menggantung di dahan pohon. It is so cool that this green area is surrounded by tall buildings, yang membuat saya berpikir bahwa menghijaukan lingkungan kita tidak membutuhkan lahan yang super luas –asal kita mau.

Sungai buatan dan mini garden
Tanaman wortel
Oke, yang lebih cool lagi menurut saya adalah what happened inside. Ketika kami diijinkan masuk ke dalam gedung sekolah (yang lebih menyerupai rumah tinggal yang disulap menjadi kelas-kelas), pemandangan yang kami lihat adalah anak-anak balita yang sedang bermain di dalam ruangan, dimana sebagian besar dari mereka sedang “berolahraga”. Jadi, ibu guru membantu setiap murid untuk berputar (rolling) di atas sejenis monkey bar setinggi pinggang dewasa sementara sisanya melompati kuda-kuda alias horse bench (yang ini mengingatkan saya pada komik Jepang). Ketika setiap anak ingin melompati kuda-kuda, mereka pun tanpa diminta membuat antrian..! I was soooo amazed.. Melihat anak-anak 5 tahunan mengantri secara otomatis itu menurut saya sesuatu banget, banget. Alhamdulillah kelas playgroup saya sudah bisa mengantri cuci tangan tanpa diingatkan, tetapi masih ada beberapa anak yang kadang lupa, hehe.. It’s a process J

Monkey bar dan horse bench yang saya maksud
Buku absensi supercute dengan kantong tempat buku di background
Jadi, menurut Pak Dicky yang juga salah satu pemilik sekolah ini, aktivitas pagi hari memang berupa olahraga plus free play selama satu jam, setelah sebelumnya berbaris rapi dan berdoa bersama. Ada benarnya juga sih karena dengan puas bergerak dulu, anak-anak bisa menyalurkan energinya dan setelah itu bisa beraktivitas di kelas dengan lebih tenang. When time’s up, they cleaned up really fast. Kebetulan saat itu saya sedang masuk ke salah satu kelas, dan beberapa murid menunjukkan pada saya buku absensi mereka yang berupa stiker-stiker lucu. I didn’t understand their language but I could feel their enthusiasm. Begitu saya keluar kelas, area bermain yang tadinya penuh alat sudah sangat rapi, tanpa saya mendengar suara guru yang berteriak ataupun membujuk, meminta anak untuk tidy up. Hmmm...

Rak sepatu kolom atas untuk sandal dalam ruangan, kolom bawah untuk sepatu 
Acara berikutnya adalah materi di kelas. Kami berkesempatan melihat salah satu kelas TK selama 15 menit. Semua murid duduk di lantai, mengikuti guru mereka yang bernyanyi sembari duduk di kursi. Setelah selesai satu lagu, sang guru pun mengambil posisi di belakang keyboard dan mulai memainkan intro sebuah lagu. Serentak, anak-anak tersebut berdiri dalam barisan dan mulai bernyanyi. Ketika saya bilang serentak itu benar-benar serentak dalam arti sebenarnya ya, tanpa ada yang masih duduk, atau malah berlari ke sudut lain, maupun bercanda dengan teman. Saya dan rekan-rekan masih penasaran, guru-guru di sini effortlessly meminta anak melakukan sesuatu. Anak-anak pun rapi, teratur, dan disiplin tanpa terlihat seperti robot. Wajah mereka tetap ceria. Apakah di rumah anak-anak tersebut juga sepatuh itu terhadap orangtuanya ya? Hehe..


(to be continued)

2 comments:

  1. Wuah kerenn... Bisa membayangkan bagaimana disiplin yang diajarkan di sana... Khusus untuk anak-anak Jepang ya di sini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, cuma ada satu anak blasteran Jepang-Indo, sisanya asli Jepang :)

      Delete