|
www.shutterstock.com |
Sebagai seorang ibu yang memutuskan untuk tidak bekerja, ada
kekhawatiran yang lama kelamaan muncul. Bagaimana jika suatu hari nanti skill
yang saya miliki hilang seiring dengan waktu? Bagaimana jika sewaktu anak saya
SMA kelak, saya tidak lagi lancar berbahasa Inggris, atau sudah malas untuk
mempelajari fitur gadget yang ia miliki? Or
even worse, bagaimana jika kelak saya lebih ingat siapa saja yang pernah
berpacaran dengan artis A daripada mengingat jenis tenses meskipun saya dulu berkali-kali mengajarkannya di kelas?
Jangan anggap saya berlebihan ya, Mommies. Mungkin mama saya
atau ibu mertua fine-fine saja untuk
lupa akan suatu hal that they mastered
before, tapi saya tidak. Selain belum genap dua tahun menjadi stay-at-home mom, saya masih merasa bisa
melakukan sesuatu dan berkarya, dimanapun itu. Kita juga tidak tahu apa yang
akan terjadi kemudian. Melihat saudara yang terkena stroke dan menjadi terbatas
geraknya, atau beberapa kerabat yang kehilangan suami di usia muda, sehingga
para istri ini harus “turun gunung”, saya jadi berpikir lebih jauh. Tentu saja,
tidak ada yang ingin hal buruk terjadi pada kita atau suami. Saya hanya merasa,
it can happen to all of us.
Jadi, untuk kebaikan saya sendiri, saya memilih untuk terus “bekerja”
alias menjaga otak saya agar tetap bekerja. Saya akui, di rumah seharian bisa
menjadi anugerah, bisa juga musibah. Kalau kita bisa memanfaatkan waktu, itu
anugerah. Namun kalau kita hanya mengalir saja, bisa jadi kita sudah
menyia-nyiakan banyak kesempatan yang sebetulnya bisa kita peroleh.
Awalnya saya sempat bingung, saya mau apa ya? Saya tahu
mengurus anak sudah cukup menghabiskan waktu, apalagi ketika mereka masih bayi.
We hardly have time to just enjoy our
meal. As they grow older, we have more time for ourselves. Pada saat itulah
saya mulai mencari hal-hal yang saya bisa dan saya suka lakukan. Saya ingin
kembali mengajar, rasanya belum memungkinkan. Meskipun itu hanya kursus 1-2
jam, anak saya tetap harus ada yang menjaga kan? Jadi, hal tersebut saya coret
dari daftar untuk sementara.
Secara tidak sengaja, suami membaca tulisan saya dan memberi
pujian. Buat saya, hal tersebut menjadi motivasi yang luar biasa, karena suami
saya jarang sekali memberi komentar, apalagi pujian, haha..Saya pun jadi
semangat menulis, sampai cukup percaya diri untuk submit article di mommiesdaily
dan akhirnya dimuat! It’s a turning point
for me, really. Saya pun jadi merasa hidup kembali dan semakin semangat
menulis.
Masa-masa mellow bin galau itu pun berakhir (dan semoga
tidak datang lagi). Setelah saya pikir, ternyata yang saya cari adalah
eksistensi diri. Manusiawi sekali ya, haha.. Selama di rumah saja, saya merasa
kehilangan sesuatu. Saya merasa punya energi, tetapi bingung mau disalurkan
kemana. Akhirnya ketika saya mendapatkan pengakuan, saya merasa mampu, dan saya
merasa kembali menemukan semangat untuk berkarya. Saya pun menjadi lebih happy, anak dan suami juga lebih happy karena sang ibu jadi enggak
gampang ngomel, hehe..
Kalau Mommies masih merasa bingung, berikut ini ada beberapa
contoh aktivitas yang mungkin bisa membuat kita menemukan our long lost passion.
1.
Coba ingat-ingat, apa yang sejak dulu suka kita lakukan
dengan penuh semangat, sampai lupa waktu misalnya. Bisa juga hal-hal yang
menuai pujian dari orang-orang terdekat, atau hal yang menurut orang adalah
keahlian kita.
2.
Kalau sudah ketemu, kita bisa mulai melakukannya
lebih sering, untuk mencari lebih jelas apa yang kita inginkan dari hal-hal
tersebut. Kalau belum, dicoba saja beberapa hal yangmenarik minat kita. Seperti
Fifi Alvianto, yang awalnya memiliki tujuh blog dengan tema berbeda, sampai
akhirnya mengerucut jadi beberapa blog yang benar-benar menjadi minatnya,
bahkan “berbuah” majalah Laiqa.
3.
Cobalah kunjungi website atau blog yang menjadi
minat kita. Karena saya suka menulis, saya suka blogwalking ke blog parenting untuk membaca tulisan mereka, kadang
mengklik link ke situs-situs senada,
juga melihat desain blog, gaya penulisan, termasuk topik-topiknya. Kalau Mommies
suka travelling misalnya, bisa melihat travel blog. Suka crafting? Banyak sekali tutorial dari website dalam dan luar
negeri, ataupun youtube.
4.
Setelah “melihat dunia luar”, saya yakin Mommies
jadi lebih punya banyak ide tentang apa yang ingin dilakukan. Misalnya, kalau
suka memasak, maka ada beberapa resep yang ingin dicoba, lalu diunggah ke
sosial media, atau didokumentasikan dalam bentuk foto dan video. Bisa juga
memodifikasi resep dan dibuat menjadi sesuatu yang baru.
5.
Untuk menambah ilmu, ikutlah workshop, seminar, kursus
singkat, atau bahkan kompetisi. Siapa tahu hobi memotret anak setiap hari
ternyata tidak hanya bisa menajamkan sense
of photography kita tapi juga mendapatkan hadiah J
6.
Bring it
to the next level. Teman saya yang punya passion for fashion, tadinya hanya berjualan melalui bb. Lalu kemudian
membuka butik kecil-kecilan, dan sekarang ikut kursus menjahit, karena ia
berencana membuat label pakaian sendiri. Murtiyarini dan Rina Susanti, adalah
dua dari sekian banyak mama blogger yang bisa membukukan postingan mereka ke
dalam Mommylicious.
7.
Merasa tetap belum punya keberanian untuk
membuat passion lebih dari sekedar
pengisi waktu luang? Ikutlah komunitas yang sesuai dengan minat kita. Kalau tidak
tahu, ketik saja kata kuncinya di Google. Selain menambah ilmu, juga menambah
teman. Apabila ada event, kita bisa
bertemu dengan anggota yang lain, bertukar pikiran sampai menjalin pertemanan.
Bagaimana kalau kita tidak benar-benar berminat untuk
melakukan hal yang lebih dari rutinitas kita? Bisa jadi karena benar-benar
tidak sempat, misalnya. It’s ok. Saran
saya, tetaplah “melek” informasi, entah dari televisi, media cetak, atau media
sosial. Ini penting untuk kita sebagai seorang ibu, karena seperti pendapat
Dian Sastro, ibu-ibu cerdas menghasilkan anak yang cerdas.
Sekarang kita tinggal follow
twitter majalah pengasuhan anak atau psikolog saja, kita sudah mendapat ilmu
gratis, tanpa bayar mahal, tanpa keluar rumah. Kalau ingin memperkaya aktivitas
dengan anak di rumah, saya sarankan untuk mengintip Pinterest. Banyak sekali
ide untuk melakukan aktivitas harian dengan cara kreatif. Oh ya, saya juga suka
membaca kalimat motivasi, entah dari grup whatssap
atau display picture teman. Menurut saya,
hal tersebut memberi andil yang cukup besar untuk terus menerus semangat dan
berpikiran positif.
So, kita boleh stay at home, selama kemampuan enggak stay the same ya...
see the published version on http://mommiesdaily.com/2015/01/28/rmenjaga-otak-tetap-bekerja/