Kenapa saya memilih topik mudik kali ini sementara lebaran
masih lama? Untuk para perantau pasti tahu jawabannya. Yak tepat, karena
barusan pemesanan tiket mudik kereta api resmi dibuka. Tahun lalu saya gagal
mendapat tiket mudik sesuai keinginan walaupun sudah duduk manis di depan laptop
sejak jam setengah 12 malam selama 2 hari berturut-turut. Akhirnya, kami bisa
mendapat tiket untuk H-1, sampai Jogja hanya sejam sebelum solat Ied. Cara mendapat tiketnya adalah dengan cara
mengikuti tips seorang teman: meminta adiknya untuk booking tiket via warnet di kota asal dengan koneksi cepat.
Itulah yang saya lakukan tahun ini. Alhamdulillah barusan
adik saya sukses mendapatkan tiket mudik untuk saya. Request saya adalah kereta
eksekutif malam apa saja, karena pengalaman liburan bulan lalu membuktikan
bahwa membawa Aksa naik kereta siang hari cukup merepotkan. Kami pikir, di
usianya yang sudah diatas 1,5 tahun, melihat pemandangan melalui jendela kereta
adalah hal yang menarik. Kenyataannya, Aksa sangat bosan saudara-saudara...
Jadilah ia rewel (kebetulan badannya juga kurang enak). Buku cerita dan buku
gambar sebagai amunisi pun hanya bertahan sejam dua jam. Sisanya, ia memaksa
berdiri di lorong, berkunjung ke penumpang bayi, sampai keukeuh selonjoran di lantai
T.T.
Karena pertimbangan itulah saya minta adik untuk pesan kereta
malam. Pukul 00.20 alias 20 menit setelah penjualan resmi dibuka, tiket yang
tersedia hanya tinggal satu kereta pagi (normalnya ada 6 pilihan kereta). Saya bersyukur masih dapat kereta walau itu
juga berarti harus menyiapkan lebih banyak amunisi supaya anak saya bisa enjoy selama 8 jam perjalanan. Saya juga
hanya pesan 2 seat. Selain karena Aksa dihitung infant, ia juga tidak banyak duduk sendiri waktu kemarin kami
pesankan seat. Rada mubazir memang, walau untuk tidur ia lebih nyenyak karena
tidak dipangku.
Sebenarnya sejak Aksa bayi, kami selalu memilih kereta malam. Pertimbangannya adalah
jam perjalanan merupakan waktu tidurnya
sehingga kami tidak perlu repot membuatnya sibuk. Pertama kali naik kereta
malam usia 2 bulan hingga 1,5 tahun dan alhamdulillah tidak pernah ada
kerewelan berarti. Karena ia makin besar and we want some different experience for him, kami beralih ke kereta
pagi (yang akhirnya tidak sukses). Pemikiran lainnya adalah, ia tipe anak yang
tidurnya gulang guling kesana kemari, thus
we worried that sleeping on our lap might limit his freedom to move and made
him awake more often at night.
Bagaimana dengan pesawat? Saya sempat beberapa kali mudik
naik pesawat dan memang terasa
sekali memangkas waktu rempong travelling with babies. Saat itu kebetulan Aksa masih bayi jadi
masih enak dipangku dan bisa dipaksa menyusu ketika take off and landing. Sejam kurang sudah sampai deh. Ketika umur 15
bulan pun saya sempat berdua saja terbang dengan Aksa and it was successful. Paling-paling ia mengoceh agak keras dan mencari
perhatian penumpang sebelah. Tidak apa, asal tidak menangis atau teriak-teriak
saja. Oya, saya memilih penerbangan pagi, siang, atau sore ketika masih ada
matahari. Kalau ini lebih ke alasan pribadi ibunya Aksa yang kuatir melayang di
udara pada malam hari :p
Namun, saya belum sempat mencoba naik pesawat lagi karena
tiket pesawat murah jadi tidak semurah dulu lagi. Perasaan saya sih, sejak
kecelakaan pesawat terkenal tahun lalu, tiket jadi enggak ada yang keterlaluan
murahnya. Misalnya pun ada yang agak murah, saya mempertimbangkan ongkos taksi
ke bandara yang setara dengan satu tiket kereta (dulu ada shuttle seharga Rp
50.000 walau berangkat jam 4 pagi, tapi sekarang sudah tidak tentu jadwalnya). Sempat
juga saya naik Citilink karena harganya sudah termasuk airport tax dan bertolak dari Bandara Halim yang lebih dekat rumah.
Sayang, sekarang tiket Citilink tidak semurah dulu L.
Kalau biaya tiket dengan airport
tax dan taksi selisih jauh sekali dengan kereta, maka saya pilih kereta,
kecuali ada alasan urgent dimana kami
harus segera tiba di kota tujuan. Kalau selisihnya sedikit, saya pilih pesawat.
Untuk booking saya biasa pakai
Traveloka, karena bisa membandingkan harga semua maskapai dan prosesnya sangat
mudah dan cepat. Alhamdulillah belum pernah kecewa.
Selain pesawat dan kereta, Aksa belum pernah naik. Selain karena
faktor keamanan, saya juga mempertimbangkan durasi perjalanan darat ketika
mudik. Saya pernah mudik dengan mobil pada H-3 and it took 26 hours from Bogor to Jogja..! Naik bis pun pernah ketika
arus balik. Sopirnya lumayan berjiwa pembalap, sementara ketika berhenti makan
dan toilet, antrinya luar biasa. I don’t
think I’m ready for that if I bring my son, unless we’re running out of tickets. Kalau naik mobil/travel jarak
dekat seperti Jogja-Solo, Jogja-Kebumen, Bogor-Bandung sih si anak sudah pernah
mencicipi dan tidak ada masalah.
So, Moms and Dads, sudah ada gambaran belum kira-kira
mudik tahun ini ingin menggunakan moda transportasi apa? Apapun itu, persiapkan
sebaik-baiknya and make sure your kids
enjoy the trip. Bagi yang belum mendapat tiket mudik, selamat berjuang ya J
0 komentar:
Post a Comment