www.embed.ticketwise.ca |
Karena kita tidak tahu sampai kapan umur kita..
Beberapa hari sebelum tahun 2014 berlalu, saya kerap
memikirkan tentang hidup: what life
means, what it is for. Bukan tanpa apa-apa saya berpikir demikian. Menjelang tahun baru,
National Geographic menayangkan feature
tentang 10 tahun tsunami Aceh. Melihat air laut menggulung hingga ke daratan,
berikut berbagai material bangunan membuat saya bergidik. Alhamdulillah I wasn’t there.
Masih hangat ,berita tentang pencarian pesawat Air Asia yang
jatuh di Laut Jawa. Alhamdulillah, selama naik pesawat, saya selalu selamat
sampai tujuan. Padahal, sebagai penumpang, saya memiliki kemungkinan yang sama
besar dengan para korban untuk mengalami kecelakaan, yang kata harian Kompas
sebesar 1:11 juta. But God says I’m safe
and alive.
Tahun 2014 juga merupakan tahun kehilangan bagi keluarga
besar saya. Tiga orang anggota keluarga dengan usia beragam, diambil Yang Kuasa
dengan cara yang beragam pula. Ada yang mendadak, ada yang karena kanker. Abang
yang berusia 40 telah tiada, sementara kakek baru kemarin merayakan ulang tahun
ke 93. That means that your age doesn’t determine
how close you are to the end.
Umur kita, atau umur tempat tinggal kita, sama-sama
misteriusnya. Saat membaca majalah yang membahas tentang betapa pemanasan
global sudah menjadi kenyataan, dan kenaikan suhu bumi berlangsung pada
kecepatan yang tidak bisa diprediksi, saya pun berpikir: saat saya tua kelak,
masihkah saya memiliki air bersih untuk berwudu?
Dari semua pemikiran di atas, saya pun merumuskan resolusi 2015
saya. Semua resolusi pasti yang baik-baik kan ya.. Saya pun demikian, dengan special note bahwa the better life I meant in my resolution would bring me to the best
place after life.
Kadang saking sibuknya kita, resolusi kita juga berkisar di
kesibukan kita: karir, keuangan, cita-cita, keluarga. Bisa naik jabatan, menaikkan
omzet, renovasi rumah, lebih banyak berolahraga dan makan sehat. Semua itu
tidak salah, saya pun ingin hidup bahagia di dunia. Namun ,kita bisa meluruskan
niat kita untuk apa semua itu kita lakukan.
Saya ingin hidup sehat, mengurangi makanan instan dan lebih
rutin berolahraga, karena tubuh ini adalah amanah dari Yang Diatas. Kelak kita
akan dimintai pertanggungjawaban bagaimana kita memperlakukan tubuh kita ini.
Saya ingin bisa berkarya lagi, entah kembali mengajar atau
menjadi penulis, karena saya ingin hidup saya bermanfaat bagi lebih banyak
orang.
Saya ingin bisa mencari rezeki lagi, baik dengan bekerja
atau berwirausaha, karena dalam Al Quran disebutkan “…bertebaranlah kamu di
muka bumi, dan carilah karunia Alloh..”
Saya ingin lebih banyak mengaji, dalam artian membaca
AlQuran dan membaca terjemahannya, lebih banyak berzikir, rutin berdoa, solat
tepat waktu, melakukan solat sunah, lebih banyak bersedekah, bisa menghafalkan
lebih banyak surat. Semua berpahala, dan saya ingin hal ini bisa mendinginkan
hati yang kerap panas karena situasi yang kurang menyenangkan dalam hidup.
Saya juga ingin menjadi istri yang lebih baik, ibu yang
lebih baik, dan anak yang lebih baik…karena mereka orang-orang terdekat yang
menjadi ladang pahala bagi kita.
All in all, I want a life worth living, now or in the
future.
A more balanced life,
not between work and home, but between mundane life and religious one.
To feel safe having enough rewards, if someday we should
leave this world.
So, don’t let happiness blinds us from things we should
pursue.
Happy New Year.