www.anime-arts.wikia.com |
Saya tidak terlalu sering mengajak anak saya ke mal. Selain karena
kami bukan a mall person, rumah kami pun cukup “minggir” dari hiruk pikuk
sebuah kota. Segala kebutuhan cukup dibeli di komplek perumahan kami yang (menurut
saya) segala ada.
Karena itu pula, Aksa si 1,5 y.o-to-be pun jarang mencicipi playland
di mal. Pertama kali ke playland di
Pejaten Village karena tinggal loncat dari kantor si ayah. Saat itu usianya
baru setahun, sehingga baru mulai bisa berjalan. So, di sana ya Cuma latihan
jalan and main di kolam bola saja.
Jumat lalu, kami bertiga mampir di Pejaten Village lagi dan
memutuskan untuk ke playland. Saya dan suami penasaran sekali apa yang akan
dilakukan Aksa dengan kemampuan motorik kasarnya yang sudah banyak berkembang. Apalagi
Aksa sudah fasih memanjat teralis jendela :D
Setelah membayar Rp 50.000 untuk tiket masuk anak plus 2
kaos kaki @Rp 5000, kami pun masuk. Aksa pun langsung berbinar matanya, dan
bergegas mendatangi…bola. Bola lagi, Nak? Batin saya. Bola plastik warna-warni
berukuran kecil merupakan salah satu mainan Aksa di rumah walaupun sekarang
pamornya sudah meredup, tergantikan balok mini. Ya sudah lah, tidak apa-apa. Wong anaknya suka kok.
Selama hampir setengah jam berikutnya, Aksa masih asyik
dengan bola dan bengong. Saya tidak tahu kebiasaan bengong ini datang ketika
apa, karena ia hampir selalu menunjukkan ekspresi lempeng mematung dan fokus melihat objek yang membuatnya takjub
sampai memaku seperti itu. Sampai-sampai, kami berdua melempar-lempar Aksa dengan
bola agar ia berhenti memperhatikan anak-anak lain bermain sampai matanya tak
berkedip, haha..
Pantang menyerah, saya gendong aksa keluar kolam bola so he
tried something new but he kept coming back there! Dia pantang menyerah juga
rupanya ya.. Finally, he got bored
dan ayahnya pun berhasil mengajak Aksa merangkak melalui sebuah terowongan,
fiuhh.. Tidak bertahan lama sih, tetapi kami sangat senang ia mau mencoba
beragam aktivitas di sana.
Target selanjutnya adalah memanjat. Ada sebuah perosotan
model rangkaian silinder (seperti jalur x-ray untuk tas kalau kita mau masuk
bandara) yang menggoda sekali (untuk saya :p). Sayangnya, bagian untuk
memanjatnya terlalu besar untuk Aksa, sehingga ayahnya terpaksa harus
mengangkat Aksa ke puncak dan saya pun “menyambut” Aksa di ujung perosotan. He seemed
so happy dan ingin lagi dan lagi. Alhamdulillah…senang sekali rasanya. Pada beberapa
kali terakhir, Aksa sudah bisa memanjat naik sendiri hanya dengan sedikit
bantuan.
Ia sempat mencoba naik sepeda tanpa pedal juga, namun belum
mampu menjalankannya. Saya pikir, naik sepeda jenis ini akan lebih mudah karena
hanya bermodal dorongan kaki. Ternyata, saya salah. Mungkin ia belum pernah
melihat sepeda jenis ini kali ya.
Namanya orangtua, pasti enggak lepas dari lihat anak orang
lain dan membandingkannya dengan anak sendiri, haha… Disana, saya dan ayahnya
lumayan tersadar bahwa kemampuan motorik Aksa “masih bisa ditingkatkan lagi”,
karena anak-anak lain seusia Aksa rata-rata sudah mampu bermain di beragam
wahana tanpa bantuan. Selama ini kami berpikir bahwa Aksa sangat aktif secara
fisik, tapi ternyata arena bermainnya kurang menantang (biasanya Aksa suka
bermain di area outdoor tetapi minim
kontur yang beragam). Jadi, di playland ini kami banyak memperkenalkannya pada
hal baru.
Setelah setengah jam berlalu dengan bola dan bengong tadi,
akhirnya setengah jam berikutnya Aksa sudah cukup “panas”. Saya dan suami
bergiliran menemani anak bermain, dan tersadar bahwa stamina kami masih kalah
sama Aksa, hehe.. Di detik-detik terakhir sesi kami di sana, suami sudah
berwajah kuyu dan bersandar di salah satu sudut sambil meluruskan kaki.
Akhirnya, play time is over. Dari satu jam di playland
tersebut, Aksa jadi tahu beberapa hal baru seperti:
1.
Cara menaiki rocking
horse. Tadinya ia hanya diam saja dan saya yang menggoyang kuda-kudaan plastik
ini. Akhirnya, ia bisa menggoyangnya sendiri dengan bertumpu pada kakinya.
2.
Cara memanjat sesuatu yang berbentuk lereng,
dengan pijakan berjarak lebar.
3.
Merangkak melalui tunnel atau terowongan.
Ia pun masih harus belajar untuk:
1.
Menaiki sepeda (dengan atau tanpa pedal)
2.
Mengerti bahwa punching bag akan kembali ke arah
semula (karena ia mendorong punching bag dan wajahnya pun terhantam oleh
peralatan tinju tersebut)
3.
Mendarat dari perosotan dengan kedua kaki
(karena ia mendarat dengan pantat)
Jadi terpikir untuk membuat arena tantangan di rumah, ada ide
Mommies?
Sounds like a lot of fun, Aksa. :))
ReplyDeleteindeed!
Delete