Kalau melihat anak saya sedang bermain, saya sering
berpikir: dulu saat saya seusianya, saya main apa ya? Ingatan saya tidak bisa
lebih jauh dari ketika saya berumur tiga tahun. Waktu itu saya suka bermain
bongkar pasang. Masih ingat? Kalau Mommies termasuk generasi yang lahir tahun
80-an, pasti tahu mainan berupa selembar kertas karton yang berisi gambar
perempuan dan sejumlah pakaian yang bisa dilepas mengikuti garis putus-putus. Si
perempuan ini berfungi sebagai boneka kertas yang bisa kita gonta-ganti
pakaiannya.
Agak sedikit berbeda sih dengan anak-anak di lingkungan
tempat tinggal saya sekarang, dimana mereka suka bermain berkelompok di luar
rumah. Kebetulan, saat saya kecil saya tidak banyak bermain di luar. I can say that I’m an indoor person. Jadi,
mainnya di dalam rumah saja sama adik perempuan saya. Memang akhirnya saya jadi
lebih pemalu, atau karena aslinya pemalu jadi tidak suka main di luar? Hehe..
Walaupun begitu, memori saya tentang bermain di masa kecil
sangat banyak. Kalau dipikir-pikir, dulu orangtua saya memberi saya jadwal
belajar yang lumayan ketat, plus serangkaian les di sore hari, yang bisa
membuat stress. Alhamdulillah saya tidak, mungkin karena mereka juga memberikan
porsi bermain serta mainan yang banyak pula, sehingga saya bisa menikmati
keduanya.
Saya percaya –dan banyak penelitian pun membuktikan- bahwa
bermain adalah proses belajar. Setiap hal yang saya mainkan di waktu kecil
turut pula membentuk minat saya ketika dewasa, atau sebaliknya: pilihan mainan
saya di waktu kecil menunjukkan minat dan bakat saya kelak. Tidak ada permainan
yang sia-sia, karena semuanya mengajarkan sesuatu. Berikut ini adalah beberapa
permainan masa kecil yang menjadi favorit saya. Apakah ada yang sama dengan
mainan favorit Mommies?
1.
Boneka Barbie
Dari sekian banyak mainan, Barbie lah yang
paling banyak mengambil porsi di memori masa kecil saya. Saya masih ingat siapa
saja nama Barbie saya dan adik, berikut karakternya, model rumahnya,
perabotnya, dan..pakaiannya dong. Tidak hanya belajar berimajinasi melalui
jalan cerita yang kami mainkan, saya juga “mendadak desainer”: saya buat desain
baju Barbie, lantas Mama yang menjahit; saya buat pula perabot dari karton,
serta koran mini agar Ken dan Barbie bisa update berita terkini, hihi..
2.
Menggambar dan mewarnai
Orangtua saya termasuk tipe yang rajin
membelikan buku mewarnai serta alat gambar. Selain karena saya menunjukkan
minat di bidang tersebut, juga karena bisa melatih motorik halus dan belajar
mengenai bentuk serta komposisi warna
.
3.
Gunting tempel
Baik yang berbentuk menggunting sendiri
lalu ditempel dengan lem, atau yang sudah berbentuk stiker, saya suka semua. Tantangannya
adalah, bagaimana agar mengguntingnya rapi, menempelnya tepat dengan garis,
serta..lemnya tidak terlalu banyak agar gambarnya tidak “keriting”.
4.
Bermain drama dan role play
Ternyata main Barbie saja kurang puas ya,
akhirnya saya dan adik suka berakting berdasarkan buku cerita Hans Christian
Andersen (bentuk persegi, terbitan Elex Media Komputindo), lengkap dengan properti,
setting, dan kostum lho! Sengaja saya
bedakan dengan bermain drama, karena titik tekan dari role play adalah peran yang dilihat dari kehidupan sehari-hari. Misalnya,
saya bermain masak-masakan atau salon-salonan karena meniru ibu saya, atau
menjadi kasir dan pembeli.
5.
Lego dan sejenisnya
Ini permainan yang menurut saya seru,
karena saya bisa belajar mengenai konstruksi bangunan secara sederhana, seperti
kalau membuat tembok itu balok legonya harus disusun selang seling seperti batu
bata agar tidak jatuh. Bahkan, Lego seri kendaraan bisa menunjukkan cara kerja
roda dan setir. Saya juga suka building blocks geometri yang terbuat dari kayu
dengan lukisan bagian-bagian rumah seperti ventilasi, pilar, pintu dan jendela.
Serasa jadi arsitek!
6.
Puzzle
Kalau ini jelas lah ya, melatih memori dan
logika banget. Pokoknya enggak bakal berhenti sampai semua bagian puzzle
tersusun rapi.
7.
Ular tangga
Ular tangga masih menduduki urutan pertama
untuk board game favorit saya. Berbeda
dengan permainan yang saya sebut sebelumnya,ular tangga mengajarkan kita untuk
taat pada aturan main yang sudah ditetapkan serta tujuan akhir dari permainan.
8.
Menyanyi
Dulu, lagu anak masih banyak. Hobi saya
menonton video klipnya di teve lalu ikut bernyanyi dengan mic dari sisir. Tidak lupa, mengkoleksi kaset soundtrack film Disney, sambil belajar bahasa Inggris.
9.
Mengkoleksi mainan dari makanan dan minuman
Beberapa yang masih saya ingat adalah Tazos
dari Chiki, yang bisa dirangkai maupun dibuat gasing. Ada juga keping gambar
hologram dari Twistko, mainan dari Happy Meal McD, serta koleksi hewan dan
peternakan dari kemasan kardus susu Bendera. Mengkoleksi barang membuat saya
lebih menghargai mainan tersebut, karena proses mengumpulkannya sedikit demi
sedikit.
10.
Permainan kelompok/olahraga
Kalau yang ini biasanya dimainkan di
sekolah. Beberapa yang saya sukai adalah donal bebek, ular naga (khusunya
bagian terakhir saat yang kalah berusaha mengejar “ekor” yang menang), candak patung (kejar-kejaran, kalau mau
tertangkap harus mematung agar kebal dari sentuhan si pengejar), karena memicu
adrenalin! Saya juga suka permainan khas anak perempuan seperti lompat tali,
bola bekel, dan cublak-cublak suweng.
Eh , mainan saya kok tidak ada video game-nya ya? Hehe..iya nih, soalnya Mama melihat para sepupu
laki-laki yang lumayan susah berhenti kalau sudah main Sega atau Nintendo. Tetapi,
saya dan adik tetap merasakan main game di komputer, yang waktu itu cuma dua: Prehistoric (tentang manusia purba yang membawa
pentungan) dan Prince of Persia (tentang
Sinbad yang berada di dalam benteng). Itu saja sudah sukses membuat kami berdua
berebut..!
Setelah dibaca-baca lagi, I started to make sense why I like certain things and dislike the
others. Saya suka desain, pernah ingin jadi arsitek sampai fashion designer, cepat menghapal lirik
lagu, hobi membuat naskah drama saat sekolah. Sebaliknya, saya tidak suka
pramuka, camping, naik gunung, dan
canggung kalau berada di lingkungan baru. Ternyata jawabannya ada di permainan
saya pada waktu kecil. Atau, hanya perasaan saya saja?
See the published version on http://mommiesdaily.com/2015/02/05/rpic10-mainan-masa-kecil/
See the published version on http://mommiesdaily.com/2015/02/05/rpic10-mainan-masa-kecil/
0 komentar:
Post a Comment