www.esl4kids.com |
Jangan remehkan daya ingat bayi.
Kalimat ini terbersit dalam pikiran saya
setiap kali Aksa, bayi saya yang berusia 15 bulan, menunjukkan hal-hal yang
baru saja bisa dia lakukan. Maka, ketika saya melihat judul “Melatih Memori
Bayi” di kanal Terpopuler website parenting
favorit, saya klik judul tersebut.
Artikelnya pendek, lebih berupa tips. Kurang
lebih intinya adalah mengajarkan sesuatu kepada bayi secara berulang dan
berpola. Tips tersebut membuat saya flash
back ke hari-hari yang saya alami seminggu belakangan bersama Aksa.
Kejadian pertama.
Sekembali dari mudik, saya rutin membacakan
tiga buku cerita berbahasa inggris yang saya beli di kota asal saya. Dari
ketiga buku tersebut, hanya satu yang berbentuk touchables dan flappy,
alias memiliki tekstur untuk diraba dan berjendela . Sengaja saya belikan yang touchables dan flappy karena saya menganggap minat baca Aksa tidak begitu tinggi.
Sudah saya belikan beberapa buku dan membacakannya, tetapi hanya sejenak Aksa
bisa duduk
manis di depan buku. Selanjutnya, ia pergi meninggalkan saya, duh…
Dengan buku berjendela ini, ternyata
reaksinya sedikit berbeda. Ketika saya ajari cara membuka jendela dan meraba
teksturnya, dia memperhatikan dengan tekun. Hingga akhirnya dia fasih lift the flap sendiri. Karena melihat
dia tertarik, setiap hari saya targetkan untuk selalu membacakan ketiga buku
tersebut, entah itu siang, sore atau malam. Pokoknya kalau ia terlihat mulai
mengacak-ngacak rak buku ayah ibunya (Aksa gemar menjatuhkan buku di rak satu
per satu), saya manfaatkan untuk membuka buku dan mendongeng.
Belum sampai seminggu, hasilnya sudah
terlihat. Saat itu saya sedang sibuk di dapur, Aksa juga sibuk bermain dan
mondar-mandir sambil bersuara. Tiba-tiba, situasi hening. Saya pun menengok ke
belakang, dan Aksa sedang membuka-buka buku sendiri dengan serius..! Tak
terkira senangnya hati ini, akhirnya Aksa mau membaca buku atas keinginan
sendiri. Dan, di sekitarnya pun tidak terlihat buku berserakan. Artinya, Aksa
sudah tahu buku apa yang ingin dia ambil dan dimana letaknya.
Ternyata kegiatan berulang memang mudah
diingat. Mungkin dulu saya terlalu cepat putus asa ketika membacakan buku dan Aksa
malah melarikan diri dari saya dan main bola, hehe… Bisa jadi bukunya kurang
menarik, cara membaca terlalu datar, atau timingnya
salah. Sekarang Aksa sering menyodorkan buku flappy tersebut kepada saya, tanda minta dibacakan J
Kejadian kedua.
Beberapa hari lalu, Aksa mendapat hadiah
sepeda dari omnya suami saya. Tentu saja kami senang, karena stroller sudah
tidak sesuai lagi dengan kemampuannya sekarang. Karena jalan depan rumah banyak
lubang dan becek, saya masih “menahan” sepeda itu untuk dipakai di rumah dulu
saja..maklum barang baru, hehe..
Bersepeda di dalam rumah tentu saja tidak bisa
melihat apa-apa, hanya mendapat the sense
of riding saja untuk Aksa. Akhirnya, sambil mendorong sepeda tersebut, saya
menyanyi, atau mengajak Aksa bicara (a.k.a bercerita, karena Aksa belum bisa
bicara).
Saat itu saya sedang lelah, maka sambil
duduk saya tarik dorong Aksa diatas sepedanya sambil mengucap “Se-pe-da”
berulang-ulang. Mungkin ada sekitar 15 menit saya mengucapkannya. Kemudian
iseng-iseng saya tahan kalimat saya, “se-peee…” dan Aksa ternyata melanjutkan
“daaaa..”.
Saya pun kembali takjub, karena selama ini Aksa
baru bisa mengucap kata ayah, owoh haijah (Allahu akbar), dan atuh (jatuh).
Akhirnya, selama 15 menit berikutnya, saya mengulang kata “sepe..” dan Aksa
melanjutkan “..daa”. Sampai akhirnya sesi bersepeda pun usai.
Keesokan harinya, ketika saya bercerita
pada suami, suami pun mengetes Aksa. Ternyata Aksa masih bisa mengingatnya! Pantas
saja ketika Aksa di rumah eyangnya, ia bisa mengucapkan Allohuakbar..ternyata
karena eyang putrinya melatihnya setiap hari tanpa saya sadari..
Kini, saya lebih optimis dalam mengajari Aksa
segala sesuatunya. Selama ini tampaknya saya mengajarinya random things, pokoknya berbicara tapi tak berpola.. Ujung-ujungnya
jealous karena anak sepupu sudah bisa
ini itu sementara Aksa belum, hahaha…
So,
don’t underestimate your kids’ ability… Kita tidak
tahu, apalagi keajaiban yang akan ditunjukkannya besok, lusa, dan seterusnya,
hanya karena ia melihat, mendengar, dan mengulang apa yang kita ajarkan J
0 komentar:
Post a Comment